10
25 menit setelah kejadian motornya yang mogok ditengah perjalanan, akhrinya Haris bisa sampai di depan gerbang tinggi yang sudah tertutup dengan rapat. Haris dapat mendengar kepala sekolah yang sudah menyampaikan amat kepada seluruh siswa. Dengan segala ide yang ada di dalam otaknya, Haris mencoba untuk memanggil satpam sekolah yang cukup akrab dengannya.
“Mang Dadang, tolong atuh mang, baru telat beberapa menit doang nih.”
“Aduh A, hampura atuh kalo cuma telat 2 menit pasti saya bukain. Tapi teh, AA udah telat 10 menit, itu Kepala Sekolah aja udah nyampein amanat.”
Haris hanya bisa mendengus kesal dan memilih untuk duduk lesehan di depan pagar sembari menunggu apel selesai. Tidak lama setelah ia menempatkan posisi duduknya, gadis yang baru saja turun dari motor yang berada di seberang sana berjalan ke arahnya. Haris bisa melihat bahwa gadis itu tampak panik dan juga tampak asing di matanya.
“Dasi sama topi biru?” batin Haris.
“Aduh kan beneran telat.”
“Gimana kalo dimarahin osisnya.”
“Duh aing mesti gimana ya.”
Haris rasa gadis itu sangat panik sampai tidak sadar dengan Haris yang juga memiliki nasib yang sama dengannya.
“Aduh, mang tolong atuh mang.”
“Kalo bisa dibuka mah aku juga udah masuk daritadi,” celetuk Haris yang membuat gadis itu menoleh ke arahnya.
Aneh, bukan gadis itu yang aneh. Tapi Haris, lebih tepatnya tubuhnya yang tiba-tiba mati kutu saat melihat paras wajah gadis yang sebelumnya ia lihat dari kejauhan.
Cantik… Dan manis.
“Baru masuk ya?” tanya Haris.
Gadis itu hanya mengangguk dengan kedua tangannya yang masih menggenggam besi-besi pagar.
“Kalem weh atuh, biasanya kalo baru masuk gini mah hukumannya nggak seberat anak lama.”
“Sini duduk, nggak capek berdiri disitu terus? Apelnya masih sepuluh sampe lima belas menit lagi loh,” pinta Haris.
Mengetahui bahwa apel masih berlangsung lama, tangan gadis itu perlahan melepas besi-besi pagar dan menuruti perintah Haris untuk duduk.
“Eh sebentar,” ucap Haris saat gadis itu ingin ikut duduk di sebelahnya.
“Rok kamu teh putih, nanti kotor. Nih pake ini.” Haris memberikan jaket yang sebelumnya ia pakai ke gadis itu.
“Nuhun ya kang,” ucap gadis itu sembari tersenyum ke arah Haris.