186
“Ma, aku sama Jose mau pamitan. Nggak enak udah ditunggu sama Bundanya Jose.”
Setelah berdebat melalui ponselnya masing-masing, akhirnya mereka berdua kompak untuk menghampiri orang tua Mia yang sedaritadi sibuk untuk mengemasi beberapa kue-kue ringan.
“Eh ya sudah, ini tolong dikasih untuk Bundanya Jose ya. Salam juga untuk bunda kamu ya Jose,” ucap Rumi, Mamanya Mia, sembari memberikan satu totebag besar yang penuh dengan beberapa kue-kue ringan buatannya.
“Makasih banyak tan, maaf jadi ngerepotin gini. Nanti Jose sampein salamnya ya tan.”
Rumi hanya tersenyum sembari menepuk-nepuk lengan Jose.
“Mia sama Jose pamit ya Ma, titip pamit juga ke papa.”
Selesai dengan sesi berpamitan, keduanya langsung pergi menuju rumah Jose. Mia nampak begitu antusias, sedaritadi ia tidak berhenti untuk menanyakan apa kesukaan dari ibu kekasihnya itu.
“Bunda kamu suka apa, Jose?”
“Bunda kamu suka makanan asin atau manis?”
“Bunda kamu suka dessert nggak?”
Jose hanya bisa menggelengkan kepalanya sembari mengemudikan mobilnya. Kekasihnya ini mendadak banyak bicara ketika membahas hal itu.
“Kamu mau beliin bunda apa lagi? Itu makanan dari mama kamu udah banyak banget lho…”
Mia yang sebelumnya sedang duduk menyeder langsung meneggakkan tubuhnya sembari menatap ke arah Jose. “Itu kan dari mama, dari aku belum.”
“Itu udah cukup Mi. Bunda liat kamu di depan pintu juga udah suka dan seneng kok. Percaya deh.”
“Beneran?”
“Iya Mimi sayang…”
Seketika Mia langsung luluh dan menuruti perkataan Jose.
Beberapa menit kemudian, mereka berdua telah sampai di lokasi tujuan. Lagi-lagi Mia terlihat sangat sumringah ketika keluar dari Mobil. Jose yang sudah selesai memastikan mobilnya terkunci langsung menyelipkan jarinya ke sela-sela jari milik Mia.
“Sini Mi, aku yang bawa totebagnya.”
“Nggak usah, aku aja yang bawa. Mau aku kasih sendiri ke bunda.”
Jose hanya terkekeh melihat kekasihnya begitu semangat, ia langsung membawa Mia untuk berjalan masuk ke rumahnya dengan kedua tangan yang saling menggenggam.
“Yaudah ayo masuk.”
Baru beberapa langkah masuk ke kediaman milik Jose, pintu rumahnya sudah terbuka terlebih dahulu dan memunculkan sosok wanita yang terlihat sebaya dengan orang tuanya.
“Akhirnya sampe juga… Halo anak cantik,” sapa Emma, Bunda Jose, kepada Mia.
Tanpa aba-aba, Mia langsung melepas genggaman tangan Jose dan berlari ke arah Emma yang sudah merentangkan tangannya. “Bundaaaaaa.”
Gadis itu langsung memeluknua erat.
Jose hanya bisa menyaksikan adegan berpelukan itu sembari tersenyum.
“Maaf lama ya bunda, tadi nunggu mamanya Mia buat kemasin ini… Oh iya bun, ini ada bingkisan dari mama buat bunda, sama salam katanya buat bunda,” ujar Mia sembari memberikan satu totebag yang sedaritadi sudah ia bawa.
“Wah jadi ngerepotin gini… Makasih ya cantik, nanti tolong bilang makasih juga untuk mamanya Mia ya.”
“Iya bunda siap!”
“Yaudah yuk masuk,” ajak Emma yang sudah merangkul bahu Mia.
“Halo ada orang juga disini!” teriak Jose dari belakang yang langsung ditertawakan oleh Mia dan juga sang bunda.
“Mi, aku tinggal naik dulu ya bentar.”
Kini Mia sudah berada di dalam rumah Jose, rumahnya nampak sepi dan tenang. Barusan saja Jose pamit untuk kembali ke kamarnya sebentar. Emma, bundanya Jose, juga izin untuk mengambil sesuatu di kamarnya.. Jadilah sekarang ia menunggu di ruang tamu milik keluarga Jose. Sesekali Mia melihat ke arah meja yang dipenuhi oleh beberapa frame foto disana, namun ada keheranan pada spot itu. Mia cukup lama untuk memandangi ke arah spot itu.
“Liatin apa?” tanya Jose yang berada dari belakangnya.
Mia sontak terkejut melihat Jose yang sudah kembali ke bawah. Ia hanya menggeleng sembari tersenyum. “Ngapain ganti baju?” tanya Mia ketika melihat Jose yang sudah mengganti pakaiannya.
“Kalo di rumah enaknya pake baju nyantai begini, Mi.”
“Tetep ganteng kan?”
Mia memutarkan bola matanya pertanda malas untuk menanggapi ucapannya kekasihnya itu. Jose yang melihat Mia begitu langsung pindah ke sebelah Mia untuk bisa mengusili kekasihnya itu.
“Jose geli!!!!”
Tidak lama kemudian, Emma keluar dari kamarnya sembari membawa sesuatu dan langsung memberikannya kepada Mia.
“Mi, ini bunda kemarin nggak sengaja lewat toko aksesoris dan ngeliat ada jepitan cantik. Jadi bunda belikan untuk Mia, coba dipakai ya Mi.”
“Cieeeee,” goda Jose sembari mencolek pipi Mia.
Mia langsung menepuk paha Jose. “Diem ih kamu!”
Setelah sudah menyuruh kekasihnya untuk diam, Mia langsung menerima pemberian dari Emma. “Makasih banyak ya bunda, Mia langsung coba ya.”
Emma tersenyum melihat Mia yang langsung memakai jepitan pemberiannya. Melihat Mia yang seperti itu membuat Emma yang tidak berhenti untuk memperhatikan kekasih dari anaknya itu. Menurut Emma, Mia merupakan anak yang sangat sopan dan juga ceria. Apalagi, sedari dulu ia sangat ingin memiliki anak perempuan, jadilah ia memutuskan untuk memperlakukan Mia seperti anaknya sendiri.
Karena membutuhkan pendapat tentang penampilannya sekarang, Mia langsung menatap ke arah Emma untuk menilai apakah jepitannya terlihat cocok ketika dipakai dengannya. “Gimana bun?”
Emma mengacungkan jempolnya ke arah Mia. “Cantik lah, kan anak bunda.”
“Cantik kan, Jo?” tanya Emma kepada Jose yang sedaritadi tidak mengedipkan matanya saat melihat Mia.
“Cantik lah bun, kan pacar Jose.”