191
“Abang sini!”
Merasa dirinya di panggil, Jose menaruh ponsel Mia yang sebelumnya ia mainkan dan langsung menghampiri sang bunda dan juga kekasihnya yang berada di meja makan.
“Waduh apa nih kok ngeluarin album foto?” tanya Jose yang sudah berdiri di antara Mia dan juga sang bunda.
“Bunda udah janji ajak Mia buat liat foto-foto kecil kamu.”
Emma mulai membuka satu persatu album foto yang berisi foto-foto kecil anak semata wayangnya itu.
“Liat nih Mi, ini foto Jose waktu lagi study tour pas SD. Dulu dia nggak mau ikut karena takut pergi sendiri tanpa bunda.”
Mia melirik ke arah Jose. “Cemen banget.”
Yang dibilang seperti itu pun tidak terima. “Bukan cemen, Mi! Bayangin aja dulu anak SD study tour tapi tanpa orang tua.”
“Dia mah emang cemen, Mi,” bisik Emma.
Mia terkekeh puas.
“Nah kalo ini waktu Jose lomba masak di sekolahnya, terus dia manyun karena tim nya kalah.”
“Lucuuuuuu banget,” ucap Mia sembari tertawa gemas.
“Kalo ini lagi makan tapi orang-orang nggak boleh minta.”
“Bun, udah ah malu. Itu aib banget,” pinta Jose sembari menghalangi foto-foto yang ada di album itu.
“Ih orang lucu kok,” sahut Mia.
“Mi, ntar kamu nggak cinta lagi.”
Emma hanya terkekeh melihat keduanya yang saling sahut-sahutan.
Kini atensi mereka sudah bukan ke album foto yang ada didepannya, melainkan ke dapur karena suara oven yang berbunyi menandakan pizza yang sebelumnya telah dibuat oleh Mia dan Emma sudah jadi. Emma lebih dulu meninggalkan meja makan untuk melihat apakah pizzanya matang dengan sempurna yang kemudian disusul oleh Mia.
Jose hanya menatap punggung kedua perempuan yang ia sayangi, hatinya terasa begitu hangat melihat interaksi antara ibu dan juga kekasihnya.
Seandainya dari dulu gue udah ketemu Mia. Pasti dari dulu bunda udah se bahagia ini.
“Jo, sini cobain!”
Lamunan Jose disadarkan oleh suara Mia yang berasal dari dapur, kekasihnya itu memanggilnya untuk segera menyusul ke dapur. Tanpa berlama-lama ia langsung menghampiri Mia dan juga bundanya yang masih sibuk dengan memotong pizza.
Setibanya Jose di dapur, Mia langsung menyuapi potongan pizza ke arah mulut Jose. Jose menurut dan langsung membuka mulutnya.
“Gimana bang?” tanya Emma.
“Langsung buka restoran pizza aja bun,” ucap Jose.
Emma mendecak. “Ah dia mah lebay.”
Setelah selesai dengan sesi memakan pizza home made mereka, Jose dan Mia kembali ke ruang tengah. Sedangkan sang bunda, tiba-tiba saja mendapat panggilan telepon yang berasal dari kamarnya. Jadilah hanya Jose dan Mia yang berada di ruang tengah.
“Seneng nggak ketemu bunda?” tanya Jose tiba-tiba.
“Seneng dong, masa ngga seneng. Daritadi aja aku sibuk ngobrol dan main masak-masakan sama bunda.”
Jose tersenyum sembari mengelus puncak kepala Mia “Makasih udah bikin bunda senyum lebar lagi ya, Mi.”
“Bunda jarang banget senyum se lebar ini,” lanjutnya.
Mia yang merasa penasaran langsung melemparkan pertanyaan kepada Jose. “Maaf kalo misalnya nggak sopan, tapi… Emangnya bunda kenapa?”
Jose hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Mia.
“Jose,” panggil Mia.
Jose menoleh.
“Kok diem?”
“Nggak apa-apa.”
Melihat Jose yang seperti itu membuat Mia langsung mengubah topik pembicaraannya.
“Oh iya Jo, ayah kamu pulang jam berapa? Aku nggak enak kalo pulang tapi belum ketemu dan pamitan sama ayah kamu.”
“Nggak usah ditungguin, Mi. Kamu kalo mau pulang pamitannya sama bunda aja.”
“Kenapa gitu?”
“Aduh, aku mau pizzanya lagi, nih. Makan lagi yuk, Mi?”
Jose langsung bangkit dari sofanya dan pergi meninggalkan Mia yang masih terdiam disana. Mengapa setiap pertanyaan yang Mia tanyakan kepada laki-laki itu tidak ada satu pun yang terjawab?
“Ada hal yang gue nggak tau lagi dari Jose?”
Mia berusaha untuk menghilangkam pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya sempat membuatnya penasaran dan kembali menyusul Jose yang sudah lebih dulu tiba di meja makan.