203

Dengan langkah terburu-buru, Keira pergi meninggalakan kelasnya. Ia segera pergi menuju kelas Acel yang berada tepat di sebelah kelasnya. Sesampainya disana, ia tidak menemukan sosok sahabatnya, hanya ada Kenzie yang sedang duduk di bangku sahabatnya itu. Keira menghampiri Kenzie, “Jie!” panggil Keira.

“Eh, Keira. Ngapain, Kei?” tanya Kenzie sembari meletakkan ponselnya diatas meja.

Keira menoleh kekanan dan kekiri untuk memastikan keberadaan Acel, “Um… Acel kemana, Jie?”

“Loh, emangnya Acel ga ngasih tau lo?”

“Engga tuh, emangnya Acel kemana?”

Kebiasaan banget si Acel, batin Kenzie.

“Acel lagi ke kelasnya Rea, bantuin ngerjain soal ekonomi.”

Keira hanya membalas perkataan Kenzie dengan ber-oh ria, kemudian ia pamit untuk pergi dari sana. Ada rasa kesal yang dirasakan oleh Keira, bukan kesal karena ia cemburu, melainkan Acel yang tidak menepati janjinya untuk makan bersama dengannya. Kalau begitu, lebih baik ia pergi ke kantin bersama teman-temannya.

Karena merasa sia-sia, Keira pergi menuju taman belakang sekolah. Ia duduk seorang diri dengan kotak bekal yang sedari tadi ia bawa. Menurut Keira, duduk disini adalah cara ia bisa mengembalikan moodnya, walaupun hanya dengan mendengarkan lagu melalui airpods sambil melihat tanaman-tanaman hijau disekitar taman. Keira juga sempat mengirimkan pesan kepada teman-temannya untuk ikut menemaninya, tetapi tidak ada satu pun yang membalas, mungkin mereka sibuk memesan makanan.

Saat sedang asyik menyantap makanan yang sudah dibuat oleh ibunya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara lelaki yang terdengar tidak jauh darinya.

“Keira!”

“Loh, kak Malik?”

Iya, dia Malik.

Malik menghampiri Keira yang sedang duduk seorang diri kemudian ikut duduk disamping Keira, “Lo ngapain sendirian disini?”

“Ya, gapapa sih kak, kepengen aja.”

“Ini gapapa nih gue duduk disini? I mean, gak ada yang marah, kan?”

Keira menutup kotak bekalnya, “Santai aja, kak.”

Malik tersenyum setelah mendengar jawaban dari Keira.

“Kak Malik ngapain disini?”

“Tadi kebetulan dari perpus, terus kok ngeliat ada cewe cantik duduk sendiri. Jadi, yaudah deh gue samperin aja.”

Keira sontak melihat ke arah Malik, “Apaansih lo, kak! Alay banget.”

“Eh, kok alay, sih? Beneran loh gue.”

“Gajelas!!!”

Tidak lama setelah itu, bel pertanda jam pelajaran selanjutnya berbunyi. Keira langsung buru-buru memasuki kotak bekalnya kedalam tas totebag kecil yang ia bawa. Jangan lupakan Malik yang masih disana menemani Keira.

“Kak malik, gue duluan ke kelas ya.” Keira bangun dari duduknya, namun langsung ditahan oleh Malik.

“Bareng aja.”

“E-eh…gimana, kak?”

“Bareng aja ke kelas nya, ya gue tau sih beda lantai, tapi kan gue lewatin lantai kelas lo dulu. Jadi, gapapa dong kalo bareng naiknya?”

Keira masih mencerna ucapan Malik, sebenernya ia tidak mau, karena jika ia berjalan berdua dengan Malik, pastinya akan menjadi omongan dibase. Tetapi, ia juga tidak enak kalau menolaknya, apalagi Malik sudah menemani dirinya di taman, walaupun memang bukan kemauan dari dirinya. Jadi, mau tidak mau Keira meng-iyakan ajakan Malik. Setelah setuju, mereka berdua langsung meninggalkan taman dan mulai berjalan bersama.