27
Sabil masih setia duduk dipinggiran kolam ikan yang ada di taman belakang sekolah. Sedaritadi ia hanya mengajak berbicara ikan-ikan yang ada di dalam sana. Bahkan ia sudah memberi nama untuk satu ikan yang menurutnya sangat menggemaskan. Si Oren, jenis ikan mas koki yang sedaritadi berenang di dekat Sabil.
“Oren, sekarang kita temenan ya. Nanti aku sering-sering main kesini deh.”
“Apa? Kamu laper? Eh tapi aku nggak tau makanan kamu dimana.”
“Aku masih ada sisa roti tadi pagi sih, tapi nanti kamu sakit perut.”
Sabil terlihat cemas sembari tetap mengajak Oren berbicara. “Sabar ya Oren, nanti pasti kamu dikasih makan sama penjaga sekolah kok.”
“Nih, makanan Si Oren.”
Sabil dibuat terkejut oleh suara yang berasal dari belakangnya. Ia langsung menoleh dan melihat makanan ikan yang sudah berada di hadapannya. Setelah itu ia langsung melihat siapa yang memberikan makanan ikan tersebut. Matanya membulat, laki-laki yang ada di depannya ini adalah laki-laki yang tadi pagi sempat telat bersamanya dan meminjamkan jaket untuknya.
“E-eh… Ini akang yang tadi pagi bukan?” tanya Sabil.
Haris mengangguk. “Kamu yang tadi telat bareng aku juga kan?” tanya Haris berbasa-basi.
“Betul kang.”
“Kamu teh ngapain disini sendirian?”
“Lagi nunggu ojol kang, tapi bingung mau ngapain jadinya muter-muter sekolah aja.“
Haris hanya ber-oh ria sembari mengangguk-anggikkan kepalanya paham.
“Ngomong-ngomong, jangan manggil kang atuh.”
“Terus manggil apa?”
“Semoga berhasil,” ucap Haris dalam hati.
Haris langsung menjulurkan tangannya ke arah Sabil yang terlihat kebingungan.
“Aku teh Ha—“
Belum sempat ia melengkapi ucapannya, tiba-tiba ponsel gadis yang ada di depannya itu berdering.
“Kang maaf kayaknya saya harus duluan soalnya ojolnya udah di depan gerbang. Punten ya kang.”
Sebelum benar-benar pergi dari sana Sabil juga menyempatkan untuk berpamitan dengan Si Oren.
“Oren aku pulang dulu ya, nanti kapan-kapan kita main lagi.”
Haris yang memang masih berdiri disana langsung terkekeh melihat aksi lucu Sabil yang sedang berbicara dengan ikan. Sabil yang merasa diamati langsung buru-buru pergi meninggalkan taman belakang sekolah juga Haris dengan perasaan sedikit malu.
“Aduh Bil, bisa-bisanya maneh ngomong sama ikan di depan akang tadi,” ucapnya sembari memukul pelan jidatnya.