— 307
Mobil sedan milik Aubrey baru saja terparkir di depan sebuah cafe dengan nuansa klasik yang berada di daerah ibu kota. Sebelum masuk ke dalam cafe tersebut, Aubrey mengambil barang-barangnya yang berada di kursi belakang. Dikarenakan Marola mengajaknya untuk belajar bersama, jadi Aubrey membawa beberapa buku dan laptopnya untuk membaca dan mencari materi dari pelajaran UAS besok.
Setelah selesai mengambil barangnya, ia langsung buru-buru masuk ke dalam cafe milik temannya, Abi. Dilihatnya dari kejauhan, Marola dan Abi sedang duduk bersebelahan sembari berfoto-foto dengan mesra. Aubrey langsung menghampiri keduanya.
“Woy, tau tempat kek!” tegur Aubrey ketika sampai di meja Marola dan Abi.
“Yeh, nggak ada tuh disini larangan untuk bucin! Yakan, Bi?” Marola menyenggol lengan kekasihnya. Abi hanya mengangguk.
“Udah gih Brey, mending lo pesen minum sana. Bilang aja temen Abi,” ujar Abi.
Aubrey langsung tersenyum lebar dan segera meninggalkan kedua temannya untuk menuju kasir.
Daffin baru saja sampai di cafe milik Abi. Saat sedang memarkirkan mobilnya, mobil yang berada disebelahnya tampak tidak begitu asing baginya. Mobil yang terparkir disebelahnya terlihat seperti mobil milik Aubrey. Tetapi, mengingat bahwa yang mempunyai mobil seperti itu bukan hanya kekasihnya saja membuat ia tidak terlalu memikirkannya.
Pintu cafe terbuka, Daffin langsung melihat ke segala arah untuk mencari keberadaan teman-temannya. Pandangannya terhenti ketika melihat Zaidan yang melambaikan tangan ke arahnya. Sepertinya Zaidan juga baru sampai walaupun tidak selama dirinya. Ia buru-buru berjalan menghampiri teman-temannya diujung sana.
“Lama banget, ditungguin juga!” Zaidan menarik Daffin agar duduk di kursi yang ada disebelahnya.”
“Macet, nyet!” sahut Daffin sembari melepas maskernya.
“Loh, kok nggak ada Adip? Lo pada cuma bertigaan aja?” tanya Daffin.
“Babe, jawab apa? Ini Aubrey kalo udah balik dari toilet langsung liat Daffin, pasti dia pulang,” bisik Marola kepada Abi.
“Udah, kita diem aja.”
“Oy, kok diem sih? Gue tanya juga.”
“Eh, sorry. Ini kursi gu—“ Daffin terkejut dengan suara yang membuatnya menengok kebelakang. Sama halnya dengan Aubrey yang baru saja kembali dari toilet, ia benar-benar terkejut dengan kehadiran Daffin disini.
Mau tidak mau, Daffin langsung bangkit dan pindah tempat duduk ke sebelah kanan Zaidan.
“Anjing! lo kenapa nggak bilang kalo ada Aubrey juga,” Daffin berbisik ke arah Zaidan.
“Sorry sorry, sengaja,” jawab Zaidan sembari tertawa pelan.
Suasana mendadak canggung sekarang. Aubrey tidak memperdulikan kehadiran Daffin disini, ia masih tetap sibuk dengan mempelajari materi.
“Eh, ngobrol kali, diem-diem an aja.” Zaidan mencolek lengan Aubrey yang dihadiahi oleh pukulan kecil dari Aubrey.
“Diem, gue lagi belajar.”
“Idih, sensi bener… Kenapa, sih?” Zaidan masih belum puas untuk menggoda Aubrey. Rasanya Aubrey ingin sekali menjambak rambut sahabatnya sekarang juga. Tapi, ia urungkan karena ia tidak mau membuat keributan disini.
Sedangkan Daffin, ia hanya beberapa kali melirik ke arah Aubrey yang sekarang berada di serongnya. Saat ingin mencoba melihat Aubrey lagi, ia tidak sengaja berkontak mata dengan Aubrey. Jantungnya mendadak berdegup kencang, ia langsung memalingkan wajahnya dan berlaga ikut membaca materi bersama Abi.
“Aduh, berasa ketangkep basah gini gue,” batinnya.