418
“Teteh, ini Haris udah nunggu daritadi loh.”
Mendengar teriakan sang ibu yang berasal dari bawah, Sabil langsung buru-buru menuruni tangganya sembari membawa beberapa barang bawaannya.
“Ngapain aja si teh? Ini si Haris jadi nunggu.”
“Maaf atuh bu, tadi teteh nyari sepatu yang biasa dipake.”
“Udah ibu siapin itu dibawah.”
“Ih si ibu mah kebisaan, engga bilang.”
Haris yang berada di ruang tamu hanya memperhatikan percakapan antara ibu dan anak itu.
“Yaudah itu disamperin si Harisnya di ruang tamu, abis itu jangan lupa pamitan sama ayah di depan lapangan tennis.”
“Siap! Yaudah Sabil jalan ya bu.”
Haris langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Ibu Sabil untuk berpamitan. Setelah berpamitan, keduanya langsung masuk ke dalam mobil untuk segera berangkat. Mereka juga tidak lupa untuk berpamitan dengan Ayah Sabil yang sedang berkumpul dengan teman sebayanya.
“Geulis pisan ih,” ucap Haris tiba-tiba.
Sabil yang sebelumnya sedang bernyanyi mengikuti alunan lagu dari radio yang terputar langsung diam mematung.
Haris terkekeh. “Ih langsung diem euy abis dipuji.”
“Haris!”
“Kamu mah suka banget tiba-tiba bilang gitu.”
“Ih aku mah kalo ngomong bener, Bil.”
“Kamu tuh emang geulis ya, tapi hari ini nggak tau kenapa geulisnya tuh berubah jadi geulis pisaaaaaan!”
Meskipun sudah beberapa bulan berpacaran dengan Haris, namun Sabil tetap saja merasa salah tingkah jika dipuji seperti itu oleh Haris. Untung saja hari ini ia menggunakan blush on pada make upnya, jadi laki-laki itu tidak akan menyadari bahwa gadisnya sedang salah tingkah.
“Udah ah fokus nyetir! Kenapa jadi ngeliatin aku?”
Bukannya menuruti perkataan Sabil, Haris malah semakin jadi dengan menyenderkan tubuhnya ke pintu mobilnya sembari menopang pipinya dengan tangannya agar bisa menatap gadis itu dengan leluasa.
“Kan lampu merah geulis kuuuuu,” ujar Haris.
Sabil langsung menutupi mukanya dengan tasnya. “Diem ah, kamu mah kebiasaan.”
“Jangan ditutupin dong, Bil.”
“Nggak!”
“Sabil,” panggil Haris.
“Nggak denger!”
“Sabiiiiiil.”
“Apa.”
“Liat sini dulu, sebelum lampu ijo.”
Sabil menurunkan tasnya dan menoleh ke arah Haris.
Cup!
“HARISSSS PIPI AKU!!!!!”
Haris hanya terkekeh sembari kembali melajukan mobilnya.
“Nyebelin pisan, awas aja ya!”
“Nggak takut wle,” sahut Haris sembari menjulurkan lidahnya.
Sabil mendengus kesal karena ulah Haris.
Gadis itu kembali melihat ke arah jalanan yang ada di depannya. “Ini kita mau kemana ya?”
“Surprise atuh… Liat nanti aja ya geulis.”