431

“Ayok ih buka mulutnya lagi teh, baksonya tinggal satu ini.”

Sekarang Farel sedang berada di kamar Adys, tentu saja sudah mendapat izin dari Aida—Ibu Adys. Pintu kamar Adys juga sengaja Farel buka agar tidak muncul pikiran aneh-aneh tentang keduanya yang berada berduaan di dalam kamar.

“Kenyaaangg!”

“Nanggung banget teh, sisa satu itu kasian baksonya nanti sedih nggak ikut dicerna sama temen-temennya yang lain.” Farel memanyunkan bibirnya seolah-olah ia adalah bakso yang sendirian di dalam mangkuk itu.

“Nanti dia nangis loh teh!”

Adys yang melihat Farel bertingkah gemas itu langsung memasukkan bakso yang berada di dalam mangkuk itu ke dalam mulutnya.

“Nih, udah aku makan biar dia nggak sendirian. Kamu jangan manyun begitu atuh!”

Farel otomatis tersenyum dan mengelus puncak kepala Adys dengan sayang. “Pinter ih, makannya abis!”

“Minum obat ya sekarang. Tadi bundanya teteh nitip obat ke Farel.” Adys mengangguk dan langsung duduk bersender di headboard tempat tidurnya.

“Ayok aaa… Buka mulutnya teteh pinter.”

Dalam sekejap, Adys sudah menelan obat yang sebelumnya diberikan oleh Farel.

Naon ih kamu! Aku kayak anak kecil aja digituin.”

“Aduh hampura teh, Farel kebiasaan ngasih obat ke Disa.”

Adys terkekeh, “Iya, gapapa.”

“Gimana lomba kamu? Jadinya kapan?”

“Minggu depan teh! Teteh nonton ya di Nusa Satu!!!”

“Pasti.”

“Oh iya teh, sabtu ini si Disa ulang tahun. Kira-kira teteh mau dateng nggak? Kalo teteh mau, nanti bisa Farel jadiin surprise buat Disa. Dia pasti bakalan seneng banget kalo teteh dateng ke acara ulang tahunnya. Gimana, teteh mau nggak?”

“Mau!!!”

Farel mengacungkan dua jempolnya, “Oke!”

“Eh tapi… Itu pasti banyak keluarga kamu, ya?”

“Iya teh. Nggak apa-apa, nanti Farel kenalin! Lagian acaranya juga cuma di taman belakang rumah, kok.”

“Hm… Oke.”

“Tenang teh, nanti Farel kenalin ke keluarga Farel. Nanti Farel bilang kalo ini pacar Farel paling geulis se Bandung raya!”

Adys menepuk lengan Farel, “Ah kamu mah kebiasaan!”

Farel terkekeh. “Udah yuk, sekarang teteh tiduran lagi. Farel temenin disini sampe teteh tidur!”

Adys langsung kembali merebahkan dirinya sembari menarik selimutnya agar badannya tetap hangat. Matanya membalas tatapan Farel yang tidak berhenti menatap lekat bola matanya.

“Makasih ya, untuk hari ini. Kamu udah jenguk dan bawain bakso, sekarang juga ikut ngurus aku. Pokoknya makasih banyak ya Farel!” tangannya langsung menggenggam dan mengelus punggung tangan Farel.

Farel tersenyum dan membalas genggaman tangan Adys. “Sama-sama, sekarang teteh istirahat ya? Farel tungguin disini sampe teteh jalan-jalan ke alam mimpi.”

“Farel juga pamit pulang ya teh, ini pulangnya nanti tapi pamitannya sekarang aja hehe, takut ganggu teteh tidur.”

“Iya, nanti pulangnya hati-hati ya!”

“Siap!”

Adys memejamkan matanya untuk bersiap-siap masuk ke alam mimpi dengan Farel yang mengusap-usap lembut puncak kepala kekasihnya itu. Nyaman, batin Adys.