48
Jalanan pada pagi hari ini sangat lancar. Hal itu membuat Thalia dan Saddam bisa sampai kampus lebih awal. Saddam memarkiran mobilnya dengan sempurna di parkiran kampus.
“Ayok turun.”
“Sabar kak, seatbeltnya keras.”
Saddam mengangguk sembari menyeruput kopi yang sebelumnya sudah ia beli. Setelah kaitan seatbeltnya sudah terlepas, Thalia dan Saddam langsung turun dari mobil dan berjalan meninggalkan parkiran.
“Bareng nggak naik liftnya?” tanya Saddam.
Thalia mengangguk, “Boleh, ayok!”
Baru saja keduanya ingin berjalan menuju gedung fakultasnya, tiba-tiba teriakan dari arah belakang terdengar.
“Dam!”
Yang dipanggil pun menoleh ke arah sumber suara. “Woy, By! Eh—Ada Rania juga.”
“Halo Dam.”
Thalia membisu setelah melihat siapa yang saat ini berada di hadapannya.
Saddam menyenggol lengan Thalia. “Thal, kok bengong?”
“Eh—Nggak kok kak! Tadi lagi mikir ada barang yang ketinggalan apa enggak, hehe.”
“Ini siapa Dam? Cewek lo?“ tanya Rania.
“Idih amit-amit! Ini mah tetangga gue, kebetulan emang satu kampus. Jadi tadi bareng kesininya.”
“Thal, kenalin. Itu hasby… Yang itu Rania.”
Sial. Jantung Thalia langsung berdegup kencang ketika Saddam yang menyuruhnya untuk berkenalan dengan Hasby dan Rania.
“Thal?”
“Eh iya… Kenalin saya Athalia, angkatan 2020 kak.”
“Oh sekarang semester 4 dong ya?” tanya Rania.
Thalia otomatis mengangguk. “Iya betul kak.”
“Bareng lo dong, By!” celetuk Rania.
Hasby yang daritadi hanya berdiri sembari mengamati langsung mengangguk. “Iya kali.”
“Humas atau broadcast?”
Sumpah demi kerang ajaib rasanya Thalia ingin loncat dari lantai atas hingga lantai bawah. Sekarang orang yang sudah lama ia taksir akhirnya mengajaknya untuk berbicara walaupun sangat singkat.
Pipi Thalia mendadak memanas, ia benar-benar dibuat salah tingkah oleh Hasby.
“Humas, kak.”
“Oh iya, sama berarti.”
“Kak suaramu, GANTENG!!!!” ucapnya dalam hati.
Setelah tidak ada obrolan lagi, Saddam langsung mengajak ketiganya untuk segera menaiki lift yang sama untuk pergi menuju ruang kelas masing-masing. Karena ruang kelas Saddam dan Rania berada di lantai yang sama yaitu lantai 6, jadilah keduanya harus turun lebih awal yang menyisakan Hasby dan Thalia di dalam lift.
“Kelas lo lantai berapa?”
“Delapan, kak.”
“Oh, sama.”
“Mata kuliah pertama apa?“ tanya Hasby tiba-tiba.
“Manajemen PR kak.”
“Oke, berarti kita satu kelas.”