# 527

Suasana kota Bandung pada hari ini cukup cerah dan sejuk. Namun, senyuman Adys tidak sama cerahnya dengan kota Bandung hari ini. Sedaritadi ia hanya duduk diam di kelas tanpa mengajak bicara siapapun. Ditambah lagi nyeri perut karena haid membuat dirinya susah untuk bergerak.

Nakeya yang sudah janji untuk datang ke kelasnya sampai sekarang belum juga tiba. Adys bolak-balik melihat siapa yang baru saja membuka pintunya untuk memastikan apakah temannya benar-benar datang atau tidak.

“Adys…. Main yukkk.”

Adys yang sebelumnya sedang menenggelamkan kepalanya ke dalam tumpuan tangannya langsung melihat ke arah sumber suara.

“Aing kira nggak dateng.”

“Dateng dong. Nih, nunggu si Bintang lama pisan, omelin weh anaknya,” jelas Nakeya.

“Ampun, Dys. Tadi teh aing ditagih uang kas dulu.”

“Iya gapapa.”

“Jadi gimana? Kenapa maneh bisa break sama Farel?” tanya Nakeya penasaran.

“LAH MANEH BREAK?!”

Nakeya yang terkejut dengan teriakan dari kekasihnya langsung menempelkan telunjuknya ke depan bibir Bintang. “Cicing!”

Adys hanya melihat keduanya dengan tatapan datar. Kemudian Adys mulai menceritakan tentang kejadian tadi malam tanpa ada yang dilewati.

“Anjir! Kenapa mesti bentak maneh, sih!”

Nakeya terbawa emosi. “Lagi dia kenapa nggak bisa langsung ambil keputusan buat ngejauh dari si Adin gitu. Kalo emang nggak enak sama ibunya teh setidaknya dia mau bilang ke ibunya, aing yakin ibunya ngerti kok. Apalagi kan ibunya Farel udah kenal juga kan sama maneh?”

“Udah.”

“Nah! Itu.”

“Terus sekarang si Farel gimana ke maneh?” tanya Bintang.

“Ya nggak gimana-gimana… Terakhir dia ngechat aing, minta maaf karena kejadian semalem itu.”

“Kapan?”

“Tadi pagi, sebelum berangkat sekolah.”

Keya mengangguk paham. “Terus, maneh maafin?”

“Belum, aing masih kesel.”

Aing mau liat dulu, dia masih tetep digangguin si Adin apa nggak. Pokoknya aing mau maafin dia sampe dia bener-bener bisa ambil keputusan.”

“Ditambah lagi tadi aing papas-papasan sama dia, sama Adin juga. Kayaknya mereka teh berangkat bareng.”

Nakeya dan Bintang tidak berani mengeluarkan kata-kata, mereka takut salah omong yang memungkinkan akan memancing emosi Adys. Keya paham betul, sahabatnya ini juga sedang terpengaruh oleh siklus menstruasinya yang membuat emosi sahabatnya itu tidak stabil.

Ditengah-tengah situasi yang hening. Tiba-tiba saja suara bukaan pintu menarik perhatian ketiganya.

“Teh Adys, ada titipan.” Salah satu murid yang Adys tau merupakan adik kelasnya itu langsung masuk dan menghampiri mejanya.

“Titipan apa? Dari siapa?” Adys tampak bingung dengan paperbag yang ada di depannya.

“Dari si Farel.”