71
Bel istirahat kedua baru saja berbunyi, seluruh siswa kelas 10 IPS 2 langsung buru-buru memasukkan alat tulisnya ke dalam laci meja untuk segera pergi ke kantin. Sabil dan Miwa juga sudah bersiap-siap untuk menuju kelas Alody. Seharusnya Alody juga berada di kelas yang sama dengannya dan Miwa, tapi entah kenapa nama Alody hilang dari daftar absen kelas 10 IPS 2 dan pindah ke kelas 10 IPS 3.
Sabil dan Miwa baru saja ingin meninggalkan mejanya untuk menjemput Alody ke kantin. Namun, tiba-tiba saja pintu kelasnya terbuka dan menunjukkan beberapa laki-laki yang kini sudah berdiri di depan kelasnya.
“Punten, izin pinjem waktu ishomanya sebentar ya.”
“Jadi teh disini, kita selaku tim futsal SMANSA mau ajak beberapa siswa laki-laki untuk join ke ekskul kami. Kalo ada yang minat, bisa langsung isi formulir ini ya.”
“Ris, bagikeun atuh formulirnya jangan diem wae,” pinta Reno.
Haris yang sebelumnya sedang melihat ke arah gadis yang terlihat sedang menghindari kontak mata dengannya langsung mengiyakan ucapan Reno.
Haris mulai keliling untuk membagikan satu persatu formulir pendaftaran ke barisan awal. Kini, ia berdiri di barisan dimana Sabil duduk. Tujuannya berada pada siswa laki-laki yang duduk tepat berada di belakang gadis itu. Namun, ia sengaja berhenti di sebelah Sabil.
Sedangkan Sabil, dari awal Haris masuk ke kelasnya, ia sudah berusaha untuk tetap tenang dan memilih untuk melihat ke lain arah agar matanya tidak bertemu dengan Haris. Sesekali ia melihat ke arah ponselnya dan mengajak bicara Miwa yang duduk satu bangku dengannya.
Namun usahanya sia-sia. Tubuhnya mendadak mematung ketika Haris yang tiba-tiba saja berhenti tepat di sebelahnya. Hal itu membuat Sabil yang bisa mencium wangi dari sosok laki-laki yang kini sudah kembali ke depan kelasnya. Sabil otomatis bernapas lega. Tanpa disadari, pipinya memanas dan berubah menjadi kemerahan.
Haris melihat itu, ia terkekeh pelan sembari tetap menatap ke arah gadis itu. Tingkahnya benar-benar membuat Haris gemas. Apalagi pipinya yang mendadak berubah menjadi kemerahan.
Setelah itu, Reno selaku ketua futsal langsung berpamitan dan mengajak beberapa anggotanya untuk keluar dari kelas itu. Haris yang memang keluar paling akhir, menyempatkan diri untuk menoleh ke arah Sabil dan memberikan senyuman kepadanya.
“Bil kamu teh kenal?” tanya Miwa yang langsung menghadap ke belakang.
“Sama siapa?”
“Sama akang yang senyumin kamu tadi.”
Sial. Miwa liat, batinnya.
“Enggak, emangnya teh kenapa?”
“Dia teh akang yang nyuruh aku sama Alody duduk di sebelah kamu pas di kantin waktu itu.”
“Pantes aja tadi tuh nggak asing pas di lapangan. Ternyata yang nomor punggung 5 teh akang yang waktu itu!” lanjut Miwa.