78

“Kamu kok tau aku sakit? Dari siapa?”

Kini Aluna sudah duduk di pinggir kasur milik Abrams. Laki-laki itu terlihat sangat tidak semangat. Aluna memegang dahi Abrams sebelum menjawab pertanyaan dari kekasihnya tadi. Panas.

“Dari temen-temen kamu. Besok-besok tuh kalo sakit bilang kek!”

“Kan aku jadi bingung cariin kamu kemana-mana,”

“Chat aku juga nggak kamu bales, at least kamu ngabarin aku gitu.”

Abrams hanya bisa tersenyum sembari memandangi kekasihnya yang sedang mengomeli dirinya. Karena dibuat gemas oleh Aluna yang sedaritadi tidak berhenti mengomel, jadilah Abrams menghadiahi Aluna dengan cubitan kecil dihidung mungil gadis itu. “Kamu tuh kalo tau aku sakit pasti rewel dan minta jenguk saat itu juga, makanya aku nggak bilang ke kamu biar kamu nggak terlalu worry dan bisa fokus belajar dulu di sekolah.”

“Niatnya tuh aku mau bilang pas kamu pulang sekolah, tapi ternyata udah tau dari dua curut. Awas aja mereka!”

Aluna menepuk pelan lengan Abrams. “Lagi sakit masih aja marah-marah!”

“Kamu juga tadi, masa orang sakit dimarah-marahin!”

“Aku nggak marahin kamu ya, aku cuma bilangin biar besok kamu tuh nggak begitu lagi kakak!”

“Udah ah. Nih, aku bawain bubur ayam. Kamu udah makan belum?” tanya Aluna.

Abrams menggeleng. “Belum, aku dari tadi makan dikeluarin lagi. Mual banget.”

“Yaudah, siapa tau ini bubur bisa masuk. Duduk dulu, sini aku bantu.” Aluna membantu Abrams yang sebelumnya terbaring lemah di tempat tidur.

Dilihatnya posisi Abrams sudah nyaman, Aluna langsung mendekat dan mulai menyuapi kekasihnya dengan bubur ayam tanpa kacang dan daun bawang ke mulut kekasihnya.

“Makan yang banyak, biar sembuh.”

“Biar sembuh mah bukan makan yang banyak,” sahut Abrams.

“Terus apa?”

Abrams menunjuk pipinya sembari tertawa jahil. “Nih.”

Aluna yang paham dengan maksud Abrams langsung memukul pelan pipi laki-laki itu, “Minta sana sama kodok!”