Acara cup sekolah benar-benar selesai. Semua panitia sibuk dengan melakukan operasi semut di lapangan, begitu juga dengan Adys. Ia membantu beberpa temannya untuk mengembalikan beberapa fasilitas sekolah yang digunakan untuk melengkapi acara cup tadi.
“Teh adys.”
“Naon?”
“Sini biar Sammy yang angkat kursinya, teteh bantu ambilin sampah aja teh.”
“Waduh, nuhun ya, Sam!”
“Hooh, sama-sama teh.”
Adys yang tadi berada di tangga langsung kembali menuju lapangan. Tapi sebelum itu, ia berinisiatif untuk mencari sapu lidi yang berada di samping kantin. Saat sedang mengambil sapu, ia tidak sengaja mendengar obrolan anak Bakti Esa yang memang masih berada disana untuk menikmati makanan-makanan kantin sekolahnya.
“Wey udah aing bilang kan, kita teh pasti menang ngelawan si Reno dkk.”
deg
“SMANSA kalah?” tanyanya dalam hati.
Salah satu anak Bakti Esa menyebutkan nama Reno yang jelas-jelas ia kenal siapa pemilik nama itu. Ia langsung mengambil ponselnya dan menyambungkan panggilan telepon dengan seseorang.
“Halo?”
“*Iya, halo teh? kunaon telepon Farel? Teteh butuh sesuatu?”
“Maneh dimana, Rel?”
“Di gor teh, lagi mau eval. Tapi masih nunggu si Reno.”
“Nanti abis Eval ketemu aing di sekolah, bisa?”
“Dimana tuh, teh?”
“Di kantin.”
“Oke teh, nanti aing kesana.”
Adys memutuskan panggilan telepon akibat salah satu teman panitianya yang meneriaki namanya dari kejauhan