Basket

Keira membuka kedua matanya dengan perlahan akibat sinar matahari yang mengganggu pengelihatannya. Ia bangkit dari tempat tidur dan mengambil benda pipih yang ada diatas nakasnya.

Setelah melihat jam, Keira langsung keluar dari kamarnya dan menuruni tangga dengan sangat hati-hati. Sesampainya dibawah, ia dia kejutkan oleh sosok Acel yang sudah duduk manis bersama kedua orang tuanya di ruang makan sambil memakan roti selai cokelat yang dibuatkan oleh ibunya.

“Akhirnya tuan putri bangun,” sindir Ezhar, ayah Keira.

“Jangan digituin ah, Pah. Nanti ngambek anaknya,” ledek Evelyn.

“Ih! ngga tuh, kakak ngga ngambek!” seru Keira.

Keira langsung duduk disebelah Acel dan mencubit pelan lengan Acel sambil berbisik, “Lo ngapain sih pagi-pagi udah dirumah gue?”

“Dih, kan lo udah janji mau nemenin gue basket!” seru Acel.

“Ya iya sih, tapi ini masih jam 7!!!”

Acel menaruh jari manis nya diatas bibir Keira, “Sst, berisik! udah gih makan tuh rotinya, abis itu kita jalan.”

Kedua orang tua Keira hanya memperhatikan keduanya dengan tatapan gemas dan diakhiri dengan tawaan singkat pertanda paham dengan situasi tersebut.

“Kayak kita muda ya, Mah.”