cw // family issues, self harm

Jose meninggalkan rumahnya tanpa menghiraukan panggilan dari sang bunda. Fokusnya hanya pada gadis yang sebelumnya memanggilnya melalui panggilan telepon. Gadis itu butuh bantuan dan teman.

Tanpa memakan waktu lama, Jose tiba di rumah milik Jeila, mantan kekasihnya. Ia langsung menghubungi gadis itu agar cepat untuk menemuinya. Jose sontak terkejut melihat Jeila yang menghampirinya dengan kondisi yang sangat kacau. Mata sembab, rambut yang tidak beraturan, dan tangan yang ditutupi oleh perban.

Jose tau apa yang telah dilakukan gadis ini.

“Naik,” ucap Jose kepada Jeila. Jeila merapatkan jaketnya karena dinginnya angin malam dan langsung naik ke motor Jose.

Sebelum jalan, mereka berdua sempat mendengar suara keributan yang tentunya berasal dari rumah gadis itu. Jose menengok ke belakang, memastikan gadis yang sudah naik ke motornya.

“Jalan aja,” pinta Jeila.

“Mau kemana?” tanya Jose yang tidak tau kemana arah tujuan mereka berdua.

“Terserah, yang penting gue nggak denger mereka ribut lagi.”

Jose langsung melajukan motornya untuk meninggalkan rumah itu.

Selama diperjalanan, mereka berdua tidak membuka suara. Jose fokus dengan mengendarai motor, Jeila fokus mengamati jalanan malam sesekali memikirkan kejadian yang sebelumnya membuat ia ketakutan.

Tanpa disadari, Jose memberhentikan motornya di salah satu cafe yang tidak cukup ramai pengunjung. Karena Jose tau, pasti Jeila butuh suasana yang tidak begitu ramai.

“Kenapa kesini?” tanya Jeila bingung.

“Tempatnya strategis, nggak begitu banyak orang, dan lo pasti belum makan.”

Jeila hanya mengangguk sembari tersenyum, lalu mengikuti Jose yang sudah jalan terlebih dahulu.

“Makasih ya Jo,” celetuk Jeila setelah mereka sudah ada di dalam cafe tersebut.

“Nggak usah makasih, gue cuma mau bantu.”

Mereka sempat canggung dan tidak berbicara. Sampai dimana perban yang terlilit di tangan gadis itu menarik perhatiannya lagi.

“Kalo lo udah ditahap capek, jangan lakuin hal itu lagi, Je. Dulu gue udah sering bilang ke lo, kalo lo lagi ada masalah atau lo lagi dititik dimana dunia ga memihak ke lo, lo cuma butuh cari kesenangan aja dengan hal-hal yang positif. Bukan dengan cara nyakitin diri lo sendiri,” ucap Jose tiba-tiba.

“Sorry, gue nggak bisa ngontrol,” jawab Jeila.

“Gue stress dengerin mereka ribut terus. Dari kemarin mami nangis terus-terusan, ditambah papi yang bolak balik minta persetujuan mami untuk pisah. Gue beneran nggak tahu harus gimana, Jo. Gue nggak bisa bantu mami buat ngelawan papi yang keras kayak gitu. Gue kesel karena cuma bisa nangis. Gue nyakitin diri gue sendiri biar gue tau rasanya jadi mami, biar mami nggak sendirian.”

“Nggak kayak gitu, Je.”

Jeila menunduk.

“Maaf,” ucapnya dengan nada yang bergetar.

“Maaf juga karena gue yang tiba-tiba hubungin lo. Gue nggak tau mau hubungin siapa lagi karena yang tau dan paham sama situasi gue kayak gini dari dulu ya cuma lo. Selain itu, kita juga sama. Jadi, gue cuma bisa minta bantuan ke lo Jo,” jelas Jeila.

Selain itu, kita juga sama.

Jose memiringkan senyumnya setelah mendengar ucapan itu.

“Haekal?”

“Udah lama pergi. Kayaknya itu bentuk karma gue karena dulu gue pernah ninggalin lo demi dia.”

“Makan dulu, nanti lo sakit gue yang repot,” ucap Jose untuk mengalihkan topik pembicaraan ini. Untung saja kedua pesanan mereka datang di waktu yang tepat.

“Makasih ya Jo, lo tetep baik meskipun dulu gue pernah jahat sama lo. Maafin gue ya Jo karena dulu lebih pilih Haekal daripada lo.”

“Ujung-ujungnya gue juga ditinggalin sama dia,” sambung Jeila sembari tertawa miris.

Sialan malah dibahas lagi,” ucap Jose dalam hati.

“Nggak usah dibahas masalah itu, gue udah lupa.”

Keduanya langsung beralih ke makanan mereka tanpa melemparkan pembicaraan lagi.

Sebenarnya Jose sudah malas untuk bertemu dan berkomunikasi lagi dengan mantan kekasihnya, Jeila, karena masa lalu yang sempat membuatnya sakit hati. Namun, Jose juga tidak bisa membiarkan Jeila yang melewati waktu sulitnya sendirian dan takut nantinya gadis ini akan melakukan hal yang lebih gila lagi untuk menyakiti dirinya sendiri.

Apalagi, yang dikatakan Jeila memang benar. Hanya cuma dirinya yang paham dengan kondisi Jeila saat ini karena ia dan Jeila memiliki kesamaan.