Demo Ekskul

Tim basket SMANSA baru saja menyelesaikan penampilannya. Kini giliran tim futsal SMANSA untuk mengisi penampilan selanjutnya. Haris bisa melihat seberapa ramainya murid-murid SMANSA yang ada di lapangan, hal itu membuat ia sedikit grogi.

“Naha sih?”

“Aing teh grogi, Rel.”

“Eleuh… Kalem weh atuh! Kayak baru pertama kali main futsal aja.”

“Emang,” sahut Haris. “Pertama kali main futsal ditonton sama Sabil,” lanjutnya.

“IDIHHHH KAYAK DIA BAKALAN NONTONIN MANEH AJA!” ucap Farel sembari

“Pasti lah.”

Reno selaku ketua futsal, langsung menyuruh semua anggotanya untuk membuat satu barisan ke belakang.

“Inget ya, mainnya santai aja. Anggep aja disana teh kita lagi latihan, oke? Ini bukan tanding.”

Semuanya mengangguk. Dirasanya sudah siap, pengurus osis langsung mempersilahkan tim futsal SMANSA untuk memasuki area lapangan. Semua atensi langsung tertuju ke arah satu persatu anggota tim futsal yang baru saja memasuki area lapangan.

Haris memulai aksinya dengan mengoper bola ke arah Farel. Tatapan matanya tidak hanya fokus kepada bola, melainkan juga fokus untuk mencari sosok gadis yang sangat ia harapkan untuk melihat penampilannya.

“Fokus ke bola dulu anying!” sahut Farel dengan pelan.


Sedangkan di sisi lain, Sabil masih berfokus kepada ponselnya. Sampai dimana Miwa mencubit lengannya yang langsung membuat Sabil mengerang kesakitan.

“Aduhhh, sakit ih Miw.”

“Anjir Bil, ternyata teh anak futsal nggak kalah kasep ih.” Miwa benar-benar tidak bisa menahan keantusiasannya. Gadis itu kembali mencubit pelan lengan Sabil.

“Aduh Miw, santai atuhhhhh!”

“Ih nggak bisa ini teh! Liat itu yang nomor punggung 28, manis banget aduh,” sahutnya.

“Manisan yang nomor 23, ah!” seru Alody dari belakang Sabil.

“Eh Dy, nomor punggung 5 kayak nggak asing deh.”

“Masa sih?” tanya Alody.

“Hooh, coba maneh perhatiin.”

Sabil yang dibuat penasaran oleh perkataan teman-temannya, langsung ikut memperhatikan satu persatu para pemain futsal itu. Namun perhatiannya langsung mengarah ke laki-laki dengan nomor punggung 5 yang sedang mencoba untuk memasukkan bola ke dalam gawang.

“Hah? Ini aing nggak salah liat kan?” ucap Sabil pelan.

Karena ragu, ia kembali memastikan dengan mengeluarkan ponselnya kembali dan membuka kamera disana. Ia arahkan fokusnya ke laki-laki dengan nomor punggung 5 itu. Sabil terkejut dan tidak sengaja menekan tombol capture.

“Anjir, bener aja!” seru Sabil yang membuat kedua temannya langsung menatap ke arahnya.

“Kunaon Bil? Ada yang kamu kenal?” tanya Miwa.

Sabil langsung menggeleng, “E-enggak… Enggak… Salah orang, hehe.”

Alody dan Miwa kembali menyaksikan penampilan ekskul futsal. Tapi tidak dengan Sabil. Ia hanya menundukkan kepalanya di belakang tubuh Miwa yang memang berada di depannya. Karena posisi duduk Sabil berada ditengah-tengah kedua temannya, membuat dirinya mudah untuk menyembunyikan tubuhnya. Sesekali ia melirik ke arah laki-laki itu, namun tetap memastikan agar pemilik nomor punggung yang berangka 5 itu tidak menyadari keberadaannya.

Laki-laki dengan nomor punggung 5 itu berhasil memasukkan bola ke dalam gawang. Hal itu membuat Miwa dan Alody berteriak bersamaan. Karena jarak yang tidak terlalu jauh, laki-laki itu bisa mendengar dan langsung menatap ke arah sumber suara yang meneriakinya. Sabil semakin menundukkan kepalanya.

Aduh, si Miwa sama Ody teh berisik pisan!!!” ucapnya dalam hati.

Laki-laki itu menyipitkan matanya, fokusnya bukan ke arah dua gadis yang meneriakinya, melainkan ke arah gadis yang berada di antara kedua gadis yang sebelumnya meneriakinya.

Sabil kembali melirik ke arah laki-laki itu untuk memastikan apakah dirinya berada diposisi yang aman atau tidak. Tapi, tanpa disengaja dan diduga, matanya saling bertemu dengan laki-laki yang ia dari kemarin sudah ia hindari. Laki-laki itu langsung melemparkan senyuman lebar dan melambaikan tangan ke arahnya, lalu kembali fokus kepada bola. Sabil hanya terdiam sembari mencoba untuk mencerna apa yang barusan terjadi.

“Ih kenapa senyum, sih!” batin Sabil.