Jealousy

Tepat pukul tiga sore, bel pertanda pulang sekolah berbunyi. Mia yang malas akan keramaian memilih untuk menunggu di dalam kelas sembari memainkan ponselnya.

“Woy, Mi,” panggil seorang gadis dari jendela.

Mia menoleh ke arah jendela kelasnya. Setelah mengetahui siapa yang memanggilnya, ia langsung menyuruh gadis yang berada diluar untuk masuk ke dalam kelasnya.

“Ngapain disini, kenapa nggak turun?” tanya Gadis dengan rambut sebahu yang baru saja membuka pintu kelas Mia.

“Rame banget kayak zombie, nanti aja nunggu sepi, Na.”

Gadis itu Elona. Elona yang sebelumnya masih berdiri di depan kelas langsung menghampiri Mia yang berkutik dengan ponselnya.

Elona kini ikut duduk di depan meja Mia. “Pulang sama siapa?”

“Dijemput Jose.”

“Cie, kayaknya beneran mau makan lumbas nih. Ikut dong.”

Mia langsung menaruh ponselnya dan menepuk pipi sahabatnya itu. “Nggak ada ya!”

“Gue ajak cowok gue deh, please….” ucap Elona sembari memohon.

“Nggaaaaaakk!”

Elona menggoyang-goyangkan tangan Mia. “Ih ayooook kita double date, Mi.”

Ponsel Mia berdering, membuat Elona berhenti dengan kegiatannya. Mia langsung melihat ke layar ponselnya, nama Jose muncul pada panggilan telepon itu.

“Bentar Na, Jose telepon.”

Mia mengangkat panggilan telepon dari Jose. Ternyata, laki-laki itu sudah sampai dan sedang menunggu di bawah. Panggilan diakhiri, Mia langsung mengajak Elona untuk turun bersamanya. Untungnya, jemputan Elona sudah tiba. Kalau tidak, sahabatnya itu akan terus merengek menuruti permintaannya tentang kencan ganda.

“Gue duluan ya, tuh udah ada Jose. Sana gih, itu anak cheers udah curi-curi pandang ke cowok lo. Gawat kalo kelamaan, nanti keburu naksir beneran sama si Jose.”

Mia menoleh ke arah lapangan. Benar saja, sekumpulan anak cheers yang sedang latihan terlihat sedang memperhatikan Jose. Mia mendecak sebal, apalagi melihat jarak antara Jose dengan sekumpulan anak cheers itu yang tidak terlalu jauh.

Tidak ingin membiarkan gadis itu menatap ke arah kekasihnya terlalu lama, Mia langsung pergi menghampiri Jose yang sedang duduk diatas motornya sembari melihat ke arahnya.

“Ngobrolin apa sih sama Elona?” tanya Jose ketika Mia sudah ada di hadapannya.

“Emang liat?” tanya Mia.

Jose mengangguk sembari memakaikan helm ke kepala Mia.

Alis Jose terangkat ketika melihat wajah Mia yang tampak cemberut. “Eh kok cemberut. Kenapa, nih?”

“Nggak apa-apa, ayok kita pulang.”

“Kenapa sih? Ngerasain hawa negatif lagi kah?”

“Iya,” sahut Mia.

Jose tidak mengerti dengan maksud Mia. Jadi, laki-laki itu memilih untuk menggelengkan kepalanya.

Sebelum benar-benar menaiki motor Jose, Mia sempat melirik ke arah anak-anak cheers dengan memberikan tatapan yang memiliki arti bahwa laki-laki yang sedaritadi menjadi pusat perhatian mereka adalah punyanya.

“Jadi kapan mau naiknya, Mi?” tanya Jose.

“Tolong pegangin ya sayang, aku mau naik,” ucap Mia yang memberikan penekanan pada kata sayang dengan lantang hingga membuat semua yang berada disekitarnya menoleh ke arah keduanya termasuk sekumpulan anak cheers tadi.

Jose yang mendengar itu sedikit terkejut dan merasa heran dengan sikap kekasihnya itu. Namun, ia tidak terlalu memikirkannya dan memilih untuk membalas ucapan Mia.

“Iya sayang, aku pegangin.”

“Yuk, udah siap kan? Kita meluncur ya Mia-ku!”