“Kamu ih, itu kalo nanti Kang Farel salah paham teh kumaha?” tanya Sabil sembari menepuk lengan Haris.

Setelah tadi sempat berpamitan dengan Ibu Sabil, kini sepasang kekasih itu sudah berada di garasi rumah Sabil. Haris masih belum menaiki motornya, ia masih tetap berdiri di samping gadisnya itu sembari mengelus-elus lengannya yang sebelumnya sempat menjadi sasaran Sabil.

“Salah paham gimana sih geulis, orang aku emang beneran mau minta peluk kok,” jawabnya dengan santai.

Mata Sabil otomatis membulat. “Nggak usah ngaco!”

“Aku abis ini langsung try out 100 soal soshum, Bil.”

“Ya terus kenapa?”

“Butuh energi euy.”

Sabil hanya menatap Haris yang kini sudah merentangkan kedua tangannya, seakan memberi sinyal kepada gadis itu untuk memberikannya pelukan.

Gadis itu terlihat ragu, jadi ia membisikkan sesuatu kepada Haris.

“Sebenernya aku mau peluk kamu, tapi takut diliat ibu.”

Haris terkekeh dan langsung merangkul Sabil dari samping. “Yaudah rangkul aja deh kalo gitu, tapi ini mah kayaknya energinya cuma setengah.”

Mendengar ucapan Haris membuat hati Sabil merasa tidak enak. Jadi, ia sedikit melirik ke segala arah untuk memastikan bahwa situasi ini sedang aman atau tidak. Dirasanya aman, Sabil langsung melepas rangkulan Haris dan langsung memberikan pelukan hangat untuk laki-laki itu.

Haris yang merasakan tubuh mungil Sabil sudah berada di dalam pelukannya langsung tersontak. Namun, ia langsung tersenyum dan mengelus pucuk kepala gadisnya dengan sayang.

“Maaf kalo tiba-tiba. Semoga energi kamu bisa balik full biar ngerjain soal try outnya teh lancar. Semangat ya!”

Mendengar kata-kata itu membuat Haris semakin mengeratkan pelukannya pada Sabil. “Nuhun ya geulis.”

Gadis itu hanya mengangguk dan kembali melepaskan pelukannya. “Aku takut ketauan ibu.”

Haris tertawa melihat wajah gadisnya yang kini sudah terlihat sangat panik. Jadi, ia langsung segera berpamitan kepada Sabil untuk bertempur dengan soal-soal yang nanti akan menjadi lawannya.

Sabil langsung membukan pagar rumahnya dengan perlahan. Kini motor Haris sudah benar-benar keluar dari garasi rumah Sabil. Haris langsung menyalakan mesin motornya.

“Aku berangkat ya, nanti aku kabarin kalo udah sampe tempat bimbel.”

Sabil yang kini sedang bersandar di pagar rumahnya langsung mengangguk. “Iya, hati-hati. Makasih udah mau nemenin aku nonton ya.”

Bukannya segera melajukan motornya, Haris malah menatap Sabil sembari tersenyum. Tiba-tiba saja ide gila yang ada di benaknya muncul.

“Ih kok malah ngeliatin aku?” tanya Sabil dengan heran.

“Sini dulu deh,” panggil Haris.

Sabil langsung menurut dan mendekat ke arah Haris.

“Kenapa?”

Cup

“Haris!!!!” seru Sabil.

Haris langsung melajukan motornya tanpa menghiraukan teriakan namanya yang dilontarkan oleh kekasihnya karena ulahnya itu. Haris tetap terus melajukan motornya sembari terkekeh puas, ia juga sempat melihat Sabil yang masih berdiri di belakang sana melalui kaca spion motornya.

Lucu banget nge freeze gitu,” ucap Haris sembari terkekeh.