meet
Setelah melihat pesan yang dikirimkan oleh Farel sebelumnya, Adys langsung turun dan menghampiri mobil Farel yang sudah terparkir tepat di depan pintu gerbang rumahnya. Adys langsung membuka gagang pintu penumpang yang langsung dibuat kaget oleh sosok perempuan yang sudah terduduk disana.
“Eh, maaf,” ucap Adys sembari melirik ke arah perempuan itu dan Farel secara bergantian.
Saat pintu kembali tertutup, Farel langsung turun untuk menghampiri Adys yg masih berdiri di luar.
“Teh, hampura ya teh. Tadi tuh Farel udah nyuruh Adin buat pindah ke kursi belakang, tapi anaknya nggak mau dan ngancem mau telepon ibunya teh,” jelas Farel.
Adys hanya mengangguk dan tersenyum, “Iya nggak apa-apa. Aku di belakang aja.”
Di dalam mobil, Adin langsung menyambut kehadiran Adys. Ia membalikkan tubuhnya ke belakang untuk melihat Adys sembari menjulurkan tangannya. “Halo, salam kenal. Aku Adin, temen kecilnya Kak Farel.”
Adys membalas uluran tangan Adin dan tersenyum, “Aku Adys…”
“Pacar aing,” ucap Farel tiba-tiba.
Adin langsung kembali menghadap posisi awal setelah melihat Farel yang sudah kembali masuk ke dalam mobil sembari menancapkan gasnya.
“Teh, seatbelt udah dipake?” tanya Farel yang menoleh ke arah Adys.
“Udah kok, aman.” Adys tersenyum.
“Oke!”
Selama di perjalanan, Adin tidak berhenti untuk berbicara. Apalagi ia terus-terusan untuk mengajak ngobrol Farel, padahal Farel sedang berbicara dengan Adys. Hal itu sedikit mengganggu Adys dan membuat Adys memberikan kesan yang kurang baik untuk perempuan itu.
“Kak Adys,” panggil Adin.
“Iya?”
“Kak Adys tau nggak, dulu kan Kak Farel suka banget nginep di rumah Adin. Kita sering main bareng sampe lupa waktu,”
“Terus Kak Farel suka banget sama nasi goreng bikininan aku. Kamu tau nggak kak, kalo salah satu makan favoritenya Kak Farel itu nasi goreng? Jangan bilang kamu nggak tau ya?”
Ada perasaan kesal yang Adys rasakan. Namun, ia berusaha agar dirinya tidak meledak dan mengontrol emosinya agar nantinya tidak akan merusak suasana.
“Din naha rewel pisan, sih? Nggak penting banget cerita kayak gitu,” ucap Farel dengan nada ketus.
“Teh, udah nggak usah di dengerin si Adin.”
“Ih, kenapa sih? Aku kan cuma ngasih tau!”
“Iya… Udah, nggak apa-apa Rel.”
Sesampainya di rumah Farel, ketiganya langsung turun dari mobil. Farel langsung menghampiri Adys dengan Adin yang memperhatikan kemana Farel pergi. Farel menggenggam tangan Adys dan membawa perempuan itu untuk masuk ke dalam rumahnya sembari melewati Adin yang tatapannya tidak bisa lepas dari jari-jari yang bertaut disana.
Adin mendengus kesal. “Nyebelin!”
Farel sempat berbisik ke arah Adys. “Maafin Adin tadi ya, teh. Maaf kalo bikin teteh nggak nyaman,” ucap Farel yang diangguki oleh Adys. “Nggak apa-apa, kok.”
Di sela-sela perjalanan menuju halaman belakang rumahnya, Farel sempat bertemu dengan beberapa anggota keluarga besarnya.
“Eleuh… Eleuh… Saha ieu, Rel? Meuni geulis pisan!”
Farel terkekeh dan langsung memperkenalan Adys yang berada di sebelahnya.
“Om, tante sadayana… Kenalin ini teh, Teteh Adys alias kabogoh Farel. Teteh, kenalin ini teh my happy family.”
Adys langsung tersenyum dan menyalimi semuanya, “Adys, om, tante…”
Semuanya langsung tersenyum sembari melemparkan sedikit ledekan kepada Farel. “Udah gede euy si Farel, dulu teh masih ngerengek minta beliin majalah bobo. Eh sekarang udah bawa kabogoh ke acara keluarga.”
“Atuhlah tan, jangan diumbar di depan teteh atuh, malu.”
Semuanya terkekeh, “Yaudah sok, itu di ajak makan.”
“Ibu sama Disa dimana, tan? Aidan juga jadi dateng gak?”
“Ibu kamu sama Disa ada di belakang, lagi ngobrol sama temennya. Kalo si Aidan teh sama Kirey tadi, kayaknya di belakang juga. Coba sok weh kamu cek sendiri,” ucap Ibu Aidan.
“Oke, Farel sama teteh izin pamit ke belakang ya om, tante.”
“Mari om, tante,” Adys membungkuk dan mengikuti langkah Farel.