Message

Suara klakson mobil milik acel sudah terdengar, Keira langsung membukakan pintu untuk kekasihnya yang baru saja tiba. Betapa gemasnya ia melihat kekasihnya yang masih belum melepas satu kunciran yang tadi dibuat oleh Lula, anak tetangganya.

“Ihhhhh lucu banget ngga dilepas kuncirannya,” ucap Keira yang langsung menghampiri kekasihnya.

“Enak juga ternyata dikuncir gini, soalnya poni ku udah panjang.” Keduanya berbicara sembari jalan memasuki rumah Keira.

Keira dan Acel sudah duduk bersebelahan diruang tamu. Acel langsung melepas ikatan rambut yang membuat rambutnya sedikit berantakan.

“Iya sih, poni kamu udah panjang nih,” sambung Keira sembari merapikan rambut Acel dengan menyisirkan jemarinya pada helaian hitam itu.

“Tadinya aku mau potong tapi sayang, ah. Udah libur ini.”

Ditengah-tengah obrolan mereka, Evelyn datang dari taman belakang dan langsung menghampiri keduanya.

“Aduh, ada calon mantu. Dari tadi, cel?”

Acel langsung tersenyum kikuk dan menyambut kedatangan Evelyn dengan menyalimi tangan ibu kekasihnya itu.

“Halo tan, hehe. Baru dateng kok.”

“Oalah, yaudah lanjut lagi gih. Tante naik dulu ya, Om Ezhar lagi kurang enak badan, makanya gabisa nemuin kamu.”

“Loh, Om Ezhar sakit apa tan?” tanya Acel dengan ekspresi khawatirnya.

“Cuma kecapean biasa kok, kemaren abis pulang dari luar kota.”

“Oalah, salam untuk om ya tan… Semoga lekas sembuh.”

Evelyn hanya mengangguk dan berpamitan kepada keduanya.

“Oh iya kak, jangan lupa Acelnya dibikinin minum,” ucap Evelyn sebelum naik kekamarnya.

“Iya mah.”

Setelah Evelyn meninggalkan keduanya, Keira langsung menawarkan kekasihnya untuk minum, “Kamu mau minum apa?”

“Air putih aja, Kei.”

Keira langsung beranjak dari duduknya untuk menuju dapur.

“Oh iya, aku nitip handphone ku ya. Lagi pesen go-food, takut drivernya chat atau telepon. Kamu tau password nya kan?” ujar Keira dari arah dapur.

“Tauuuuuu.”

Selama Keira berada di dapur, Acel hanya memainkan handphone milik kekasihnya, bukannya lancang, tapi mereka berdua memang sudah sering meminjam atau memainkan handphone satu sama lain. Ia membuka galeri foto kekasihnya itu hanya untuk sekedar melihat foto-foto selfie yang dimiliki Keira. Acel tersenyum melihatnya.

Saat sedang asik bermain dengan handphone Keira, tiba-tiba muncul satu notifikasi pesan dari handphone Keira yang sukses membuat Acel terdiam, ia tidak sengaja membacanya. Baru saja ingin membuka roomchat tersebut, Keira datang dengan membawa nampan yang berisi satu gelas air putih dan beberapa cookies yang tadi sempat ia buat sebelum Acel datang.

“Drivernya belum telepon?” tanya Keira.

Acel hanya menggeleng.

“Kamu kenapa?” Keira terheran melihat ekspresi kekasihnya itu yang agak sedikit cemberut.

“Gapapa, Eh… Ini cookies buatan kamu?” Acel langsung merubah ekspresi nya menjadi kembali riang dan mengambil satu cookies yang sudah disajikan oleh Keira.

“Iya!!! aku buat pake resep mama tadi, sebelum kamu dateng. Enak ngga?”

“Enak banget, babe!!”

“Dihhhh, bohong ya?”

“Mana ada aku bohong! ini beneran enak tau.”

Keira otomatis tersenyum setelah mendengar jawaban Acel, ia sangat senang karena kekasihnya itu selalu suka dengan masakannya. Keira ikut mencicipi cookies buatannya, baru saja ingin menyuapkan suapan terakhir, bel rumahnya berbunyi.

“Kei, kayaknya itu go-food kamu deh.”

“Oke, sebentar ya aku ambil dulu.”

Keira berjalan keluar rumah dan kemudian kembali masuk dengan membawa tentengan makanan yang tadi sempat ia pesan.

“Ayoooooo makan!”


Setelah selesai makan, mereka lanjut untuk menonton film bersama. Keira menyenderkan kepala nya ke pundak milik Acel, dengan Acel yang juga menyenderkan kepalanya ke atas kepala Keira.

“Mau nonton apa?” tanya Acel.

“The notebook aja!”

“Kei, please deh. Kita udah sering banget nonton itu.” Acel berdecak.

“Biarin ah, itu film nya bagus. Aku ngga bisa move on!!!”

Akhirnya, mau tidak mau, Acel menuruti kemauan kekasihnya itu. Ditengah-tengah film, Acel bisa mendengar suara isakan yang berasal dari kekasihnya.

“Tuhkan, masih aja nangis pas scene itu.”

“Ya gimana ngga nangis! mereka saling sayang, tapi dipaksa buat pisah. Sedih banget tau!”

Acel terkekeh dan langsung memeluk kekasihnya dari samping, “Udah udah, nangisnya jangan kenceng-kenceng, nanti aku dikira lagi marahin kamu sama mama.”

Saat itu juga, Keira langsung diam dan kembali menonton dengan kepala yang masih menyender dipundak Acel. Beberapa jam berlalu, film yang mereka tonton akhirnya selesai. Acel langsung izin berpamitan dengan Keira karena waktu yang sudah menunjukkan pukul delapan malam.

“Aku pulang ya, makasih udah dibikinin cookies yang enakkkkk banget!” Acel tersenyum sembari mengacak-acak rambut Keira.

“Sama-sama!”

Acel tersenyum, “Yaudah, aku pulang yaaa. Titip salam buat mama sama papa.”

“Okay, ayo aku anterin ke depan.”