Nina menuruni tangga dengan terburu-buru sembari meneriaki nama Kakak laki-lakinya.

“Mas Kian!!”

“Di bawah,” sahut Kian dari bawah.

“Mas, kenapa nggak bangunin kakak, sih?”

“Udah!” jawab Kian yang sedang duduk santai di ruang tengah. “Tapi kamu nya nggak bangun-bangun, jadi yaudah Mas Kian diemin,” sambungnya.

“Kenan mana? Ini kita tinggal nggak apa-apa?”

“Masih tidur, biarin aja nanti kan ada Bi Yu dateng,” sahut Kian.

“Yaudah, ayok berangkat sekarang! Nanti kakak kedapetan bis akhir.” Nina menarik tangan Kian agar segera

“Sabar, mau taro gelas dulu.” Kian berjalan menuju dapur. “Lagian kalo ketinggalan bis juga nggak apa-apa, Mas Kian anterin ke tempat kemahnya,” sambungnya.

“Bilang aja biar Mas bolos kuliah!”

Kian tertawa dan segera mengambil kunci mobil yang menggantung di atas meja marmer yang tidak jauh dari tempat ia berdiri.

Let’s go,” ucap Kian.