nomor partnya
Aluna hanya terkekeh saat mendengar pesan suara terakhir yang dikirimkan oleh kekasihnya, Abrams. Sembari menunggu Abrams yang datang untuk menjemputnya, Aluna memilih untuk melanjutkan menonton TV agar rumahnya tidak terlalu sepi. Sebenarnya Aluna tidak benar-benar sendirian. Seperti sekarang, Aluna sedang menonton dengan ditemani oleh anak kesayangannya yaitu Milo, kucing sekaligus anak kesayangannya.
Beberapa menit kemudian, Aluna bisa mendengar suara mesin motor yang memang sudah sangat ia hafal. Aluna langsung berpamitan dengan Milo dan tidak lupa untuk mengunci semua pintu rumahnya. Setelah itu, ia langsung menghampiri Abrams yang sudah menunggunya di depan gerabng rumahnya.
“Halo,” sapa Aluna.
“Itu kok jaketnya nggak dipake?” tanya Abam dengan fokusnya ke arah jaket yang sengaja Aluna kalungkan di pergelangan tangannya.
“Iyaaaa ini aku pake.”
Abrams tersenyum dan langsung menyuruh Aluna untuk segera naik ke atas motornya.
“Pegangan ya cantik.”
Di sela-sela perjalanan, mereka berdua tidak berhenti untuk membicarakan hal-hal random yang membuat keduanya saling bertukar tawa. Abrams dibuat heran oleh Aluna yang tiba-tiba berbicara tentang meme sapi yang sebelumnya pernah ia kirim ke Abrams melalui chat.
“Kak tapi kamu penasaran nggak sih siapa yang mesenin grabnya?”
“Aluna aku lagi bawa motor, jangan suruh mikir, please….”
“Aku juga penasaran deh…”
“Apalagi?” tanya Abrams sembari melirik ke arah Aluna melalui kaca spion kanannya.
“Dia ngobrol nggak yah sama supir grabnya? Terus supir grabnya kalo diajak ngobrol nyautnya pake Bahasa Indonesia atau bahasa sapi ya kak?”
“Kata ku mix sih… kayak jaksel indo gitu.”
“KAK YANG BENER AJA!”
“YA ABISAN KAMU JUGA NANYA NYA YANG BENER AJA!”
- – Setelah beberapa menit di perjalanan dan membicarakan hal-hal random, kini mereka berdua sudah tiba di tempat makan tendaan favorite keduanya, pecel lele.
Tempat ini memang selalu ramai pengunjung, biasanya mereka berdua memilih untuk makan di dalam mobil karena minimnya tempat duduk. Tapi, malam ini tidak begitu ramai seperti biasanya, jadilah keduanya mendapatkan tempat duduk disana.
“Kamu mau pesen apa?” tanya Abrams.
“Pecel ayam aja, nasinya nasi uduk ya.”
“Minumnya?”
“Air mineral aja, tapi minta tambah es batu ya kak.”
“Oke.”
Abrams langsung buru-buru mengisi daftar pesanan agar segera diberikan kepada pelayan yang sudah menunggu di samping mejanya.
“Aku pesenin sate ampela, kamu suka kan?”
Aluna mengangguk. “Suka!”
“Oh iya, tadi kamu darimana kak?”
“Rumah si Angga, biasa main PS.”
“Ohhh gituuuu…”
“Kalo kamu gimana? orang rumah pada kemana?” Kini giliran Abam yang bertanya.
“Papa sama mama lagi ke rumah eyang, anter oksigen kayaknya. Terus kalo abang biasa, bucin.”
“Kamu juga sekarang lagu bucin,” ledek Abam.
“Makan bareng emang masuk ke kategori bucin ya kak?”
“Ya bisa jadi… Kan makannya cuma berdua. Kecuali ada orang lagi selain kita berdua.”
Tidak lama kemudian, makanan yang sebelumnya sudah mereka pesan akhirnya tiba. Aluna tidak berhenti untuk menatap ke arah ayam yang digoreng dengan sangat sempurna. Abrams yang melihat itu langsung tertawa gemas sembari menatap kekasihnya.
“Kenapa ih, kok kamu ketawa kak?”
“Lucu, aku kayak lagi liat upin-ipin dikasih ayam goreng.”
“RESEEEEE!”
“Ampun-ampun… Yaudah makan yuk, jangan lupa doa.”
Setelah selesai berdoa, mereka berdua langsung menyantap makanan dengan tenang tanpa obrolan apapun. Sampai tiba-tiba Aluna berbicara sembari mengunyak makanannya.
“Kak,” panggil Aluna yang membuat Abrams langsung fokus ke arah gadis itu.
“Apa?”
“Aku jahat nggak sih?”
“Jahat kenapa?” tanya Abrams dengan heran.
“Aku pesen pecel ayam, padahal nama tempatnya pecel lele. Aku kira-kira dimusuhin sama lele nggak ya kak? Atau nanti lelenya marahan nggak ya sama ayam?”
Abrams langsung menggelengkan kepalanya sembari tertawa. Pertanyaan kekasihnya itu benar-benar membuat Abrams tidak bisa berhenti tertawa.
“Yaudah kalo gitu kamu makan aja nih lele punyaku, biar mereka berdua berantem di dalem perut kamu,” sahut Abrams.
“KAK KOK KAMU JAHAT!!!”