Parkiran

“Cel, itu Keira sama Jaki?” tanya Yoga sambil menyenggol lengan kanan Acel.

Acel menoleh dan menyipitkan matanya untuk memperjelas pengelihatannya. Benar apa yang dikatakan oleh Yoga, dari jarak yang tidak terlalu jauh darinya, Keira memang terlihat sedang menaiki motor Jaki. Apalagi, Jaki juga ikut membantu Keira yang kesulitan untuk naik.

Ia tetap terus memperhatikan Keira hingga yang diperhatikan sadar dan melihat ke arahnya. Keira melihat Acel yang sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya, ia melambaikan tangannya sembari melemparkan senyuman manis khas nya ke arah Acel. Sedangkan Acel hanya membalasnya dengan senyuman singkat.

Setelah Keira dan Jaki sudah hilang dari pengelihatan, Acel langsung mengeluarkan handphone dari saku celana sebelah kanannya dan mengetik sesuatu diatas sana.

“Woy! ayo cabut. Jadi kerumah gue, ngga? laper nih gue,” ucap Yoga.

“Jadi.” Acel kembali memasuki handphonenya dan menaiki motor lalu pergi meninggalkan parkiran sekolah.

Sedangkan disisi lain, Keira tersenyum akibat melihat notifikasi pesan yang dikirimkan oleh sahabatnya itu.

”Lucu,” batinnya.

“Heh, senyum-senyum sendiri ngeliat HP, hati-hati ke jambret!” seru Jaki yang sedari tadi melihat Keira dari kaca spionnya.

“Jaki, sembarangan banget lo kalo ngomong!!!”

Jaki hanya terkekeh pelan.

“Ya makanya, dikantongin dulu itu handphonenya.”

“Iya!! ini mau. Sama aja lo kayak Acel.”

“Jiakhhhh Acel terossssss.”

Keira tidak menghiraukan ucapan Jaki tadi, ia kembali memasukan handphonenya kedalam saku rok sebelah kanan nya dan kembali memperhatikan jalanan sore yang sudah lumayan ramai.