Pulang Bareng

Langit Jakarta yang sudah mulai berubah warna menjadi abu-abu kegelapan membuat Mia untuk melihat jarum jam yang ada ditangannya. Sedaritadi, ia hanya duduk seorang diri di bangku yang tidak terlalu jauh dari pintu gerbang sekolahnya untuk menunggu seseorang menjemputnya.

Tidak lama kemudian, sosok yang sudah Mia tunggu sedaritadi akhirnya memunculkan batang hidungnya. Mia langsung berlari menghampiri laki-laki yang baru saja melewati gerbang sekolahnya.

Jose memberhentikan motor vespa abu-abunya di tempat Mia memberhentikan langkahnya. “Nggak usah lari-lari, Mia, nggak gue tinggalin,” ucap Jose sambil melepas helmnya.

Tangannya memegang gagang apion motor Jose. “Gue ngerasain hawa negatif tadi, makanya pas liat lo gue langsung lari.”

“Emang sekolah lo bekas rumah sakit?” tanya laki-laki itu dengan sangat serius.

Mia melihat ke kanan dan ke kiri, lalu ia berbisik kepada Jose yang masih sangat penasaran. “Sebenernya sekolah gue bekas kuburan.”

“Mia!!!”

Mia terkekeh melihat ekspresi wajah Jose yang tampak sangat terkejut. “Kok lo malah ketawa sih! Buruan naik, gue ngeri kita naik motornya jadi bertiga.”

“Sembarangan lo kalo ngomong! Gue cuma bercanda.”

Jose mengelus lengannya yang barusan terkena pukulan Mia. “Yaudah nih pake helm dulu, biar nggak digigit nyamuk.”

“Boleh tolong pegangin bawaan gue dulu nggak? Gue susah mau pake helmnya.”

Bukannya mengambil barang-barang bawaan Mia, Jose malah memakaikan helm yang sudah ia bawa ke kepala Mia. Tidak lupa untuk mengencangkan kaitan pada helm itu.

“Gue kan minta tolong pegangin barang bukan pakein helm, Jose…”

“Udah, biar gue aja. Nah, sekarang ayok naik.”

Mia mendengus dan langsung duduk di belakang jok motor Jose. Mia sudah duduk dengan posisi ternyamannya, namun si pemilik motor, hanya berdiam diri sembari mengetuk pelan stir motornya tanpa berniatan untuk menyalakan mesin motornya.

“Jo, kok lo diem?” tanya Mia yang sedikit memajukan tubuhnya.

“Ini mah bakalan diem terus kalo lo belum pegangan.”

“Gue udah pegangan, kok.”

“Pegangannya disini Mi,” ucap Jose sembari menepuk-nepuk pinggangnya.

Mia membulatkan matanya tanpa sepengelihatan Jose. Menurutnya laki-laki yang di depannya sudah gila karena membuat jantungnya mendadak berpacu lebih cepat dari biasanya.

“Yah nggak jalan-jalan ini mah sampe pagi.”

“BAWEL!!! Iyaudah nih, gue udah pegangan!” seru Mia yang kini sudah melingkarkan tangannya di pinggang Jose.

Jose yang merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya langsung tersenyum sambil menyalakan mesin motornya.

“Nah gitu dong, Terus pegangan ya Mi, gue mau jalanin motornya nih.“

“Iyaaa!”

“Jangan dilepas ya Mi.”

“Iya jose, nggak dilepas sampe rumah Nabil.”