Rain, Rain, Go away

Setelah membaca pesan dari Adys, Farel langsung buru-buru menyiapkan seragamnya dan pergi ke kamar mandi. Sebenarnya ia belum tidur dari semalam dikarenakan insomnia yang sering ia alami. Jadilah ia menghabiskan waktunya untuk bermain game online dikomputernya dengan seorang diri.

Hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk membersihkan tubuh, ia langsung memakai seragamnya dan merapihkan rambut-rambut yang masih sedikit basah itu. Setelah semuanya sudah rapih, ia langsung turun dari kamarnya menuju ruang makan.

“Pagi bu,” ucap Farel sembari mencium pipi ibunya yang masih sibuk membuat satu porsi scrambled eggs.

Mira dibuat heran oleh anaknya yang sudah berpakaian dengan rapih. “Pagi A. Tumben jam segini udah rapih? Hayang kamana?”

“Jemput si teteh, bu.”

“Pantes wae jam segini udah rapih!”

Farel hanya terkekeh dan kembali ke meja makan untuk segera menyantap sarapannya.

“Disa masih tidur, Bu?”

“Masih, sekolahnya libur hari ini. Untung Ibu juga libur.”

“Bagus dong! Ibu sama Disa istirahat aja, nggak usah keluar-keluar. Kalo mau beli apa-apa bilang ke Farel aja, nanti Farel yang jalan.”

“Iya kasep, nuhun ya!”

Farel melanjutkan sesi makannya yang sempat tertunda sebentar. Setelah selesai, ia langsung berpamitan pada ibunya untuk segera pergi menjemput Adys.

“Farel jalan ya, Bu.”

“Hati-hati ya, A!”

“Siap bu!”

Baru saja ingin memanaskan motornya, rintikan air hujan tiba-tiba datang membasahi puncak kepalanya.

“Hujan, A. Naik mobil aja!” teriak Mira yang keluar sembari membawa kunci mobil.


Rencana Farel untuk pergi ke sekolah dengan menggunakan motor gagal total dikarenakan hujan yang tiba-tiba turun begitu lebat. Jadilah Farel harus berangkat dengan menggunakan kendaraan beroda empat itu. Untung saja lokasi rumahnya dan rumah Adys tidak terlalu jauh. Jadi, Farel bisa sampai di rumah Adys hanya dengan beberapa menit saja.

Lima belas menit berlalu, kini Farel sudah sampai di rumah Adys. Karena hujan yang masih turun dengan lebat, ia langsung mengganti sepatunya dengan sendal dan mengambil payung yang berada di bawah belakang jok mobilnya. Ia turun dengan menggunakan payung untuk menjemput Adys disana. Tanpa menunggu lama, Adys langsung buru-buru keluar untuk membukakan pintu.

Adys benar-benar terkejut melihat Farel yang sudah setengah basah.

“Ya ampun, untuk nggak basah kuyup!”

“Teh, mau langsung atau gimana? Teteh udah rapih belum?“ tanya Farel.

“Ayok kalo mau langsung, aku udah rapih kok. Tinggal pake sepatu sama ambil tas.”

“Yaudah hayuk kalo gitu.”

“Eh, tapi Farel belum pamitan sama Bunda sama Ayahnya teteh.”

“Udah pada jalan tadi, cuma ada Haris di dalem.”

Farel hanya ber-oh ria. “Yaudah hayuk, teteh ambil tas dulu gih.”

Adys langsung menurut dan segera masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil tas dan sepatunya. Setelah selesai, mereka langsung melewati derasnya hujan dan masuk ke dalam mobil dengan seragam yang sedikit basah akibat tetesan yang turun dari payung.

“Dingin ya teh? Mau matiin aja nggak AC nya?”

“Di kecilin aja.”

Farel mengangguk.

“Itu dibelakang ada hoodie punya Farel, teteh pake aja.”

“Nggak apa-apa?”

“Ya nggak apa-apa atuh!”

“Nuhun ya.” Adys langsung mengambil hoodie milik Farel dan ia kenakan ke tubuhnya. Hangat dan… Wangi.


Jalanan pagi ini tidak sesuai dengan harapan Farel. Ia kira karena sudah berangkat lumayan pagi, ia akan terhindar dari padatnya kendaraan-kendaraan yang sudah saling bersaut-sautan klakson. Namun kenyataannya, ia harus berada di dalam barisan itu.

“Nggak apa-apa santai aja,” ucap Adys menenangkan.

“Kalo telat gimana, Teh?”

“Telatnya berdua ini!”

Farel otomatis tersenyum saat mendengar jawaban dari Adys. Saat kembali melihat ke arah depan, tiba-tiba ia teringat dengan pesan-pesan yang dikirimkan oleh Adys tadi pagi.

“Teh,” panggil Farel.

Yang dipanggil pun langsung melihat ke arah samping, “Iya?”

“Aku udah baca chat kamu tadi pagi—“

“IH UDAH JANGAN DIBAHAS!! AKU MALU!!” seru Adys sembari membuang arah ke jendela.

Farel terkekeh dan menarik tangan Adys, “Jangan buang muka gitu ih, teh! Akunya mau ngomong.”

“Mau ngomong apa?”

“Siniin dulu tangan teteh.”

“Nggak mau!“

“Tehhhhh, ih! Siniin dulu tangannya. Dingin nih tangan Farel!”

Akhirnya Adys mengalah dan memberikan tangannya kepada Farel. “Nih, mau nga—“ Farel langsung menautkan jari-jarinya ke sela-sela jari milik Adys.

“Udah gini aja, jangan di lepas. Kayak waktu itu, bedanya sekarang nggak ada si haris!”

Adys membisu sembari menatap tautam jari mereka berdua.

“Oke udah ya, Farel mau gantian ngomong.”

Adys mengangguk.

“Hm…”

“Soal chat teteh tadi, Farel udah maafin teteh. Farel juga nggak marah sama teteh, jadi teteh gaperlu khawatir lagi. Farel semalem cuma agak sedikit kesel dan bete aja sebenernya, karena liat ada nama A Nathan ikut main bareng teteh, apalagi sambil ngezoom gitu.”

“Ini Farel yang seharusnya minta maaf sama teteh karena tiba-tiba balesnya kayak cuek gitu. Tapi, Itu karena Farel masih sedikit ada rasa kesel sama A Nathan, jadinya Farel nggak mau nanti malah jadi teteh yang kena. Jadinya Farel milih buat bales seadanya dan bilang mau tidur buat nggak chatan sama teteh pas Farel lagi kesel,” jelasnya sembari memutarkan setir mobilnya karena melihat mobil depannya sudah melaju.

“Rel,” panggil Adys.

“Iya, teh?” jawab Farel sembari melihat ke arah Adys.

“Ini kamu cemburu?“ tanya Adys yang sukses membuat Farel membulatkan matanya. Ia tidak mengira bahwa Adys sadar akan hal itu.

“Iya ya? Kamu teh cemburu, Rel?”

Farel tidak menjawab dan memilih untuk membuang muka ke depan.

“Ih pacar aku teh cemburu?”

“Teteh diem ah, Farel malu!”

“Kunaon jadi kamu yang buang muka sekarang? Lagian lucu pisan ih cemburunya.” Adys terkekeh.

“Nggak! Siapa yang cemburu? Nggak ada tuh.”

Adys tersenyum ke arah Farel sembari membawa genggaman tangannya dan Farel ke pangkuannya. Adys mengelus tangan Farel.

“Jangan cemburu gitu, atuh! Akunya kan cuma main bareng aja sama Nathan, lagi pula juga ada Keya sama Bintang. Tenang aja, main ludo sama Nathan nggak bikin aku naksir Nathan kok. Orang aku udah naksir berat sama kamu!”

“TETEH DIEM FAREL LAGI NYETIR!!!”

Adys pun tertawa puas karena melihat pipi Farel yang sudah memerah.