refreshing
Setelah menghabisan kurang lebih satu setengah jam, kini mobil sedan hitam milik Abrams sudah terparkir di depan rumah Aluna. Abrams langsung turun dan menekan tombol bel yang tersedia di sebelah pagar rumah Aluna.
“Iyaa sebentar,” sahut seseorang dari dalam sana.
Abrams mengenali siapa yang baru saja berteriak. Ia langsung merapihkan bajunya dan memastikan kembali tampilannya di kaca mobilnya.
Tiba-tiba saja pagar rumah tersebut terbuka dan memunculkan sosok perempuan yang sudah berpakaian rapih dan cantik. Abrams otomatis tersenyum saat melihat Luna yang sudah berada di hadapannya.
“Cantik banget cewek siapa sih.”
“Cewek kamu!”
Abrams tertawa, sedangkan Luna, ia tidak berhenti untuk tersenyum malu setelah mengucapkan dua kata yang mampu membuat pipinya memerah.
“Aku mau pamitan dulu sama mama kamu, ada kan?”
“Ada kok, ayok masuk.”
Abrams mengikuti langkah Luna dari belakang.
“Permisi tante,” sapa Abrams kepada wanita yang sedang duduk sembari menjahit di halaman belakang.
“Eh Abam, kapan dateng?”
Abrams menyalimi tangan ibunda sang kekasih. “Baru aja tante.”
“Duduk dulu Bam. Lun, Kak Abamnya dibikinin minum dulu.”
“Nggak usah repot tan, mau langsung izin ajak Luna jalan-jalan aja.”
“Oh mau langsung? Ya sudah kalau begitu, hati-hati ya.”
Lagi-lagi Abrams menyalimi tangan wanita itu dengan sopan untuk berpamitan. “Pamit dulu ya tan.”
“Ma, Luna pamit ya sama Kak Abam.”
“Iya sayang, hati-hati.”
Kini tanpa diduga kehadirannya, hujan turun membasahi indahnya kota Jakarta. Rintikan air hujan tidak berhenti untuk membasahi kaca mobil Abrams. Deretan lirik lagu “Seperti kisah” milik Rizky Febian juga ikut menemani keduanya dikala hujan deras diluar sana.
“Aku suka lagu ini,” celetuk Abrams tiba-tiba.
Aluna hanya mengangguk. “Iya, enak kok.”
“Lagunya buat kamu.”
Aluna terkesima saat mendengar Abrams yang berbicara seperti itu.
“Kak udah ah!”
Abrams tertawa renyah. “Dih pipinya merah.”
“Udah… Udah… Mending ini kita mikirin mau kemana!”
“Kamu maunya kemana sayang?” tanya Abrams.
“Hm, aku sih mau jalan-jalan aja, terus mau photobooth!!!”
“Yaudah kalo gitu kita ke mall aja gimana?”
“Boleh,” sahut Aluna.
“GI ya.”
“Ya boleh lah.”
“Oke meluncur.”
Dari hasil kesepekatan bersama, akhirnya mereka berdua sampai di pusat perbelanjaan yang sudah tidak asing bagi kalangan anak muda. Grand Indonesia.
Aluna sudah jalan terlebih dahulu karena terlalu excited untuk mencari letak photobooth. Abrams yang melihat ramainya pusat perbelanjaan itu pada hari sabtu seperti ini langsung berjalan menghampiri Aluna dan membawa tangan Aluna ke dalam genggamannya. Yang digenggam pun sontak terkejut dan melirik ke arah samping kirinya.
“Pegangan, kalo ilang repot.”
Aluna tersenyum dan mengangguk.
“Kak, itu dia!”
Aluna segera menarik tangan Abrams agar bisa mengikuti langkahnya. Perempuan itu berhasil menemukan photobooth yang berada di pusat permainan mall ini.
“Iyaa pelan-pelan, nanti jatuh.”
“Aku isi cardnya dulu ya,” ucap Aluna.
“Pake punya aku aja, kemarin masih ada sisa waktu ajak main Miko.”
“Gapapa?”
“Ya gapapa sayang.”
“Okay kita langsung masuk aja ya.”
Karena tidak ada yang mengantre di depan bilik photobooth ini, mereka berdua langsung masuk tanpa harus menunggu lama. Setelah masuk ke dalam bilik, Aluna segera menggesekan kartu ke mesin yang sudah tersedia disana. Dirasanya sudah terbayar, Ia langsung memilih jumlah frame dan memberikan arahan kepada Abrams untuk berpose.
“KAK UDAH MULAI!!”
“Kak ayok lihat kamera!”
“Iya Lunaaaaaa, ini aku daritadi lihat ke kamera.”
Mesin photobooth itu terus bersuara, memberikan petunjuk untuk keduanya agar tersenyum dan melihat ke kamera sembari menghitung detik waktu untuk berganti gaya.
“Kak aku mati gaya.”
“Yaudah kita gaya batu aja, gimana?”
Alih-alih menurut, Aluna malah menepuk pelan bahu Abrams.
“Aduh!”
“Kamu mah ngaco aja kak!”
“Ih iya ampun… Eh itu waktunya tinggal 5 detik!” seru Abrams yang langsung buru-buru untuk berpose dan melihat ke arah kamera.
“Aku peluk kamu deh,” sahut Luna.
Cekrek!
Kamera tersebut berhasil menangkap gambar keduanya dengan bagus. Kini sisa satu kali lagi untuk mereka berdua mengganti pose.
“Kak mau gimana lagi?”
“Gaya orang mager aja,” celetuk Abrams.
“Oke… EH TAPI GAYA ORANG MAGER GIMANA??? IH KAK GESERAN!!!”
“Bawel, orang kamu yang mepet ke aku!!!”
“Kak udah tinggal 5 detik kamu ih nanti kita aib!”
“Yayaya udah ayok liat ke kamera.”
Cekrek!
“Huft, akhirnya kelar! Mati gaya banget aku.”
“Dibilang pake gaya batu kamunya nggak mau.”
“Kak yang bener aja sih!”
Abrams terkekeh sembari bergegas untuk keluar dari bilik photobooth itu dan mengambil hasil foto keduanya.