remaja

Sudah tiga puluh menit Mia menunggu kehadiran Ona yang sedaritadi tidak kunjung datang. Selama menunggu, ia hanya mendengarkan lagu favoritnya di dalam kamarnya dengan volume kencang. Sampai dimana suara ketukan pintu dari luar kamarnya menginterupsi kegiatannya.

“Mi, turun. Ada tamu!” teriak ibunya dari luar sana.

Karena suara lagu yang Mia putar lebih kencang dari suara ibunya, Mia langsung membuka pintu kamarnya dengan lebar. “Kenapa ma, Mia nggak denger.”

“Kebiasaan kalo dengerin lagu kenceng-kenceng! Itu di bawah ada tamu.”

Mia pikir yang dimaksud oleh ibunya adalah Ona. Jadi, ia langsung mengambil tas perginya, juga tidak lupa dengan handphonenya dan segera bergegas untuk turun dari kamarnya dengan terburu-buru.

Sesampainya dibawah, Mia tidak melihat keberadaan Ona, melainkan Jose yang kini sudah duduk bersama ayahnya di ruang tamu rumahnya.

“Ngapain?” tanya Mia dengan wajah kebingungan.

Jose hanya tersenyum dan menyuruh Mia untuk duduk sejenak.

“Kok jutek gitu, sih, Mi? Josenya disambut dengan baik dong,” celetuk Ibu Mia yang baru saja turun dari kamarnya dan langsung duduk di sebelah Ayah Mia.

Mia masih tetap berdiri tanpa menghiraukan keberedaan Jose. “Ona dimana, Ma?”

“Nggak ada Ona, tuh adanya Jose,” jawab sang ibu.

Mia langsung mendengus kesal dan berniat untuk menghubungi Ona. Namun sang ayah sudah lebih dulu menggagalkan niatnya.

“Kamu duduk dulu dong, Mi. Itu tadi Jose mau ngomong sama mama dan papa. Kamu ikut dengerin sini,” pinta sang ayah.

Mia langsung duduk di sebelah Jose dengan tetap menyisakan sedikit jarak diantara keduanya.

Dirasanya sudah lengkap, Ibu Mia langsung melemparkan pertanyaan kepada Jose. “Jadi ada apa nih, Jose?”

Sebelum bersuara, Jose sempat menghelakan napasnya pelan untuk menenangkan dirinya yang tadi sempat grogi.

“Gini om, tante…” Matanya menatap ke arah kedua orang tua Mia dengan tangan yang berada di atas pahamya.

“Jose mau izin buat upgrade hubungan Jose sama Mia… Kira-kira om sama tante kasih izin nggak, ya?

Mata mia otomatis membulat dan menoleh ke arah Jose sembari menepuk pelan lengan laki-laki itu. “Maksud nya?!”

Jose langsung menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya, menyuruh Mia untuk tetap tenang.

Ayah Mia terkekeh. “Upgrade gimana maksud kamu, Jo? Ada-ada aja bahasanya.”

“Ya gitu om… Dari yang cuma temen, jadi ke lebih dari temen,” jawab Jose dengan senyum kikuknya.

Lagi-lagi Mia dibuat terkejut oleh laki-laki yang ada di sebelahnya. Ia hanya bisa memijat pelipisnya pelan.

Ibu Mia yang mendengar ucapan Jose, ikut mengeluarkan kekehannya. “Bener kan Mi kata Mama, Jose itu orangnya lucu.”

“Mama!”

“Hm… Kalo tante sih oke, yah, Jo. Coba kalo papanya Mia, gimana?”

“Kalo om sih ikut Mia aja. Mia nya mau nggak?” jawab Ayah Mia.

“Gimana, Mi?” tanya Jose sambil menyenggol lengan Mia.

“Waduh, Pa, kayaknya ini obrolan anak muda. Kita naik aja yuk,” ajak Ibu Mia yang paham dengan situasi.

Kedua orang tua Mia pun langsung bangkit dari duduknya dan berjalan untuk pergi meninggalkan Jose dan Mia di ruang tamu.

“Sukses ya Jo! Jawaban om tergantung sama Mia,” teriak Ayah Mia yang semakin hilang dari pengelihatan keduanya. Jose hanya tersenyum dan mengacungkan jempolnya.

Setelah kedua orang tua Mia sudah benar-benar pergi dari ruang tamu, Jose langsung menaruh pandangnya ke gadis yang ada di sebelahnya.

“Nggak usah ngeliatin!”

Bukannya berhenti untuk menaruh pandangnya kepada gadis yang ada di sebelahnya, Jose malah semakin menatap mata cokelat milik gadis itu.

“Gimana nih, Mi? Mau nggak?” tanya Jose sembari menyenggol lengan Mia.

“Mau apa?”

“Mau upgrade hubungan kita.”

“Paling juga lo bercanda lagi.”

Mendengar jawaban Mia seperti itu membuat Jose langsung duduk menghadap Mia. “Mi, gue udah ketemu nyokap bokap lo, nggak mungkin gue bercanda.”

Jose menyisirkan poni rambut nya ke belakang.

“Oke, sebelumnya gue mau minta maaf karena semalem udah bercandain lo sampe bikin lo bete dan sebel sama gue. Mungkin lo akan ngiranya gue nggak serius dengan omongan gue dichat semalem. Tapi jujur aja Mi, gue udah ada niat buat bilang kayak tadi ke bokap nyokap lo dari semalem. Tapi ternyata emang moment nya aja yang nggak pas.”

“Gue nggak mungkin langsung nembak lo tanpa sepengetahuan bokap atau nyokap lo, Mi. Makanya sekarang gue di rumah lo buat minta izin sama orang tua lo.”

“Setelah tadi gue ngobrol sama bokap dan nyokap lo, lo masih ngiranya gue bercanda, Mi?” tanya Jose.

Mia hanya terdiam. Lalu ia menggeleng.

“Jadi gimana, Mi?” tanya Jose memastikan.

“Gimana apanya?”

“Yang tadi gue omongin sama bokap dan nyokap lo.”

“Katanya lo udah tau jawaban gue,” ujar Mia

Jose menaikkan alisnya sebelah. “Jadi?”

“Yaudah.”

“Yaudah apa?”

“Yaudah ayok upgrade!!!”

Senyuman Jose mengembang setelah mendengar jawaban dari Mia. “Jadi sekarang kita pacaran nih?”

Gadis itu pun mendorong pelan bahu Jose. “Nggak usah nanya lagi kalo udah tau jawabannya!”

“Waduh…Siap, ampun pacar!”

“Jose!”

Jose langsung menangkup pipi Mia yang sudah berubah warna menjadi sedikit kemerahan. “Jiakh, mukanya langsung kayak udang gini.”

“Lepas ah!”

Puas dengan meledek gadis yang kini sudah menjadi kekasihnya, Jose hanya tertawa sembari melepaskan telapak tangannya dari kedua pipi gadis itu.

“Yaudah yuk, sekarang izin nyokap bokap lo.”

“Mau izin apa lagi?”

“Jalan-jalan, ngerayain yang baru jadian.”

“Ih kemana?”

“Keliling Blok M.”

Tiba-tiba saja ekspresi wajah Mia berubah menjadi sangat excited setelah mendengar Jose yang memberitahu kemana tujuan pergi mereka. “Serius?”

Jose tersenyum sembari meng-iyakan ucapan Mia.

“Terus Ona gimana? Gue udah ada janjian sama dia buat nemenin dia nyalon.”

“Hehe…”

“Apa kok ketawa?”

“Itu skenario gue sama Ona biar hari ini lancar, Mi.”

Mendengar penjelasan Jose barusan membuat Mia yang langsung menghujani lengan laki-laki itu dengan cubitan-cubitan kecil.

“Ampun Mi, aduh… A-aw, sakit Mi!!!”