252
Setelah mengetahui bahwa tim futsal SMANSA tidak berhasil mendapatkan piala kemenangan. Adys langsung memberikan beberapa pesan kepada Farel untuk meminta laki-laki itu agar menemuinya setelah selesai rapat eval nanti. Namun dirinya belum juga mendapat balasan dari Farel.
“Dys, ayok ke aula. Eval dulu.” Chandra lagi-lagi meneriaki namanya.
“Iya, kaheula,” sahutnya.
Adys kembali melihat ponselnya sebelum pergi ke aula. Namun masih tetap sama, ia belum menerima notifikasi pesan dari Farel. Ia memutuskan untuk memasukkan ponselnya ke dalam kantung saku celananya dan langsung berjalan ke aula.
Kini semua panitia sudah berkumpul di dalam aula. Adys tidak sengaja mendapat tempat duduk di sebelah Nathan dikarenakan tidak ada lagi kursi yang kosong. Namun ia sama sekali mempermasalahkan itu dan kembali fokus dengan Chandra yang sedang berbicara di depan sana.
“Nuhun pisan buat kalian yang udah bekerja keras hari ini, yang udah sabar kadang kena omelan aing, yang udah mau disuruh-suruh tengah malem buat bikin dekor. Pokoknya teh, nuhun pisan ya barudak.”
Satu persatu panitia lainnya juga mulai bergantian berbicara di depan sana untuk menyampaikan beberapa kekurangan dan keluh kesah.
Rapat eval baru saja selesai, Chandra selaku ketua panitia juga sudah membubarkan rapat dan menyuruh semuanya untuk kembali ke rumah masing-masing. Adys baru saja memakai totebagnya dan bergegas untuk keluar dari aula.
Sebelumnya, Farel telah membalas pesan singkat yang Adys kirimkan tadi. Farel meng-iyakan ajakan Adys untuk bertemu di taman komplek yang tidak jauh dari sekolah. Saat Adys ingin keluar dari gerbang sekolah, tiba-tiba saja Nathan kembali memunculkan batang hidungnya di hadapan Adys.
“Nggak lupa, kan?”
Adys menepuk jidatnya, ia lupa bahwa ia juga memiliki janji dengan Nathan.
“Kenapa, Dys?”
“Lo lupa, ya?”
“Dikit,” Adys memamerkan deretan giginya.
“Parah, sih.”
“Yaudah, maneh ikut aing aja deh yuk, ke taman komplek. Aing juga ada janji sama orang disana.”
“Yaudah.”
Adys dan Nathan langsung berjalan berdampingan untuk menuju taman komplek. Karena lokasi yang sangat dekat, jadilah mereka tidak perlu menggunakan motor atau kendaraan lainnya untuk sampai disana.
Sesampainya disana, Adys langsung duduk di atas ayunan yang baru saja selesai digunakan oleh anak kecil. Nathan juga ikut duduk di atas ayunan yang berada di sebelah Adys.
“Maneh mau ngomong apa, Nat?”
“Hm…”
“Jangan kaget tapi ya, Dys?”
“Naon sih, jangan bikin penasaran atuh!”
“Gini, Dys. Lo mungkin lupa sih, tapi yaudah gue coba ingetin lagi ya. Inget nggak waktu lo pergi jenguk Keya abis operasi usus buntu di rumah sakit? Terus bintang dateng sama cowok pas ujan-ujan? Nah kalo lo lupa, cowok itu gue, Dys,”
“Lo mungkin nggak begitu sadar karena gue juga pake masker dan kondisi gue waktu itu beneran kuyup banget,”
“Dari situ gue selalu merhatiin lo yang cemasin Keya di dalam ruang inap, gue pengen banget nenangin lo dan bilang kalo Keya baik-baik aja, tapi gue terlalu takut karena kita sama sekali belum kenal,”
“Dan dari situ juga, gue kepengen lebih deket dan kenal sama lo tapi gue terlalu ragu karena gue takut lo risih atau gimana, tapi tiba-tiba Bintang bilang kalo panitia lagi butuh orang untuk di divisi yang emang cocok di gue dan gue sangat bersyukur karena itu lo yang minta,”
“Gue seneng bukan main pas lo minta nomor gue, walaupun mungkin lo mikir pas awal gue bales chat lo itu, gue bener-bener cuek dan agak sedikit galak. Tapi sebenernya gue seneng bukan main, Dys.”
Nathan menarik napasnya sebentar.
“Makin kesini, kita jadi deket juga jadi sering komunikasi dan gue bersyukur banget. Gue juga nyaman setiap ada di deket lo, Dys.”
Adys tidak berhenti menatap mata Nathan dengan rasa penasaran kalimat apa yang selanjutnya akan Nathan ucapkan.
Nathan sempat berhenti dan menunduk, “Lanjut, Nat.”
Mendengar Adys yang berbicara seperti itu membuat Nathan kembali menegakkan kepalanya dan menatap lekat bola mata Adys.
“Gue suka sama lo, Dys.”
deg
Gue suka sama lo, Dys.
Kalimat itu adalah kalimat pertama yang masuk ke dalam pendengaran Farel ketika ia baru saja menginjakkan kakinya di taman depan komplek. Ia sedikit mengintip dari balik dedaunan untuk melihat siapa yang mengatakan kalimat itu. Matanya membulat, ia terkejut siapa yang mengatakan kalimat itu, terlebih lagi laki-laki itu sudah memegang tangan gadis yang ia sukai. Ada rasa kesal dan amarah setelah melihat pemandangan di depannya itu. Farel langsung pergi meninggalkan Adys dan Nathan yang berada disana.
“Aing teh kalah cepet?” tanyanya dalam hati.
“Bercanda banget.” Farel tertawa miris sembari melajukan motornya.