Tentang Hasby

flashback on

2 bulan lalu.

Bau khas rumah sakit benar-benar menusuk indera penciuman anak laki-laki yang sedang terduduk sembari menyatukan kedua telapak tangannya untuk meminta permohonan. Laki-laki itu bernama Abinaya Hasby Sadewa atau yang kerap dipanggil Hasby. Baginya, rumah sakit adalah rumah kedua saat ibunya diharuskan untuk menjalani rawat inap selama beberapa bulan. Karena itu, Hasby memutuskan untuk cuti kuliah dan memilih untuk mengurus ibunya di rumah sakit.

Perasaan gusar yang Hasby rasakan benar-benar sangat mengganggu. Dokter yang sedaritadi menangani ibunya di ruang operasi sama sekali belum memunculkan batang hidungnya.

“Tenang ya, sayang? Tante yakin mama kamu baik-baik aja.”

“Hasby takut tan…”

Luna—Adik dari ibunya menggenggam tangannya guna untuk menenangkan. “Apapun yang nanti keluar dari mulut dokter, Hasby harus ikhlas ya nak?”

Hasby mengangguk dengan perasaan yang tidak karuan. Dadanya sesak bukan main, perasaan gusar itu masih terasa. Air matanya membendung ketika melihat gadis cantik yang sedang tertidur pulas di kursi panjang yang berada di seberangnya. Abiraya Shakila Gumala, satu-satunya adik perempuan yang Hasby punya. Hasby tidak bisa membayangkan ketika adiknya harus bangun karena mendapat kabar buruk dari sang dokter. Hasby langsung menggelengkan kepalanya dan menghapus bayangan itu dari pikirannya. Ibunya pasti akan baik-baik saja.

30 menit berlalu, sosok yang ditunggu-tunggu kehadirannya pun memunculkan batang hidungnya. Namun, perasaan gusar yang sebelumnya Hasby rasakan berubah menjadi perasaan yang jauh lebih tidak enak. “Bagaimana, Dok?” tanya Luna, adik dari ibu Hasby.

“Maaf…”

deg

Jantung Hasby seperti ingin copot. Lidahnya kelu. Padahal sang dokter belum selesai bicara dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

“Maaf… Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun jantung yang dimiliki oleh pasien Farida sangat lemah yang membuat detak jantungnya tidak bisa beroperasi dengan normal. Kami, tim dokter di rumah sakit ini meminta maaf yang sebesar-besarnya karena pasien Farida dinyatakan meninggal dunia.”

Meninggal dunia…

Air mata Hasby lolos ketika mendengar kata-kata terakhir yang keluar dari mulut sang dokter. Dunianya seketika runtuh, wanita yang sangat ia sayangi dan ia cintai pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Bagaimana bisa Hasby hidup tanpa kehadiran seorang ibu? Bagaimana bisa Hasby menjalani kesehariannya tanpa masakan-masakan ibunya? Bagaimana bisa Hasby melihat Kila yang akan menangis ketika mengetahui bahwa ibunya telah pergi untuk selamanya?

Ayahnya? Hasby sama sekali tidak ingin mengharapkan sesuatu dari laki-laki itu. Ayahnya itu terlalu sibuk dengan semua pekerjaannya dan keluarga barunya. Bahkan disaat ibunya menghembuskan napas terakhirnya saja ayahnya tidak datang. Laki-laki macam apa. Hal itu membuat Hasby semakin hilang respect kepada ayahnya.

Setelah dokter menjelaskan tentang kepergian ibunya, Tante Luna langsung menenangkan Hasby yang masih terisak sembari melihat ke arah ruang operasi. Suara isakan Hasby dan tantenya itu membangunkan Shakila yang sebelumnya sedang tertidur pulas.

“Abang? Tante? Kok nangis?” Shakila bangkit dari kursi dan langsung menghampiri keduanya.

“Kila…”

“Maaf,”

“Mama pergi Kila… Selamanya.”

Hati Shakila seperti tersayat ketika mendengar jawaban dari sang kakak. “Abang bohong!!! Nggak mungkin, mama itu kuat abang!!!”

“Tante, bilang sama Kila kalo abang bohong!!!”

“Kila, mama kamu beneran udah pergi sayang…”

Kaki shakila lemas bukan main, isakannya lebih histeris daripada Hasby. Gadis itu tidak berhenti-henti untuk meneriakki ibunya. “Mama… Kila sayang mama. Mama kenapa pergi?”

“Mama bilang, mama mau ajak main Kila ke pantai. Kok mama malah pergi ninggalin Kila sama Abang?”

Hasby langsung membawa Kila kedalam pelukannya, ia dekap adiknya dengan sangat erat. Hatinya semakin sakit ketika melihat perempuan kedua yang ia sayangi menangis dengan sangat histeris.


Seminggu berlalu, keseharian Hasby benar-benar sangat tidak berwarna. Apalagi ia masih berada dimasa cuti kuliah. Rumahnya terasa begitu sepi seperti tidak ada kehidupan. Shakila memang tidak tinggal bersama Hasby semenjak setahun lalu kedua orang tuanya berpisah. Hak asuh Shakila jatuh ditangan ayahnya. Sedangkan Hasby, hak asuhnya berada ditangan ibunya yang membuat ia hanya tinggal bersama ibu dan tantenya.

Setelah ayah dan ibunya berpisah, Hasby sama sekali tidak ingin berhubungan dengan Ayahnya, kecuali urusan Shakila. Alasan Hasby tidak ingin berhubungan dengan ayahnya karena ayahnya tidaj bertanggung jawab dan lebih memilih rekan kerjanya di kantor dibandingkan ibunya yang sudah bertahun-tahun bersama. Hal itu membuat Hasby naik pitam dan kecewa bukan main. Walaupun ayahnya sering memberikan uang bulanan kepada Hasby. Tapi Hasby tidak pernah memakainya, ia selalu menyimpan uang yang diberikan ayahnya untuk tabungan adiknya, Shakila.

Hasby terus menatap rintikan air hujan yang turun dengan sangat deras. Ah, ia jadi mengingat kalimat yang dilontarkan oleh ibunya pada saat dua hari sebelum ibunya menghembuskan napas terakhirnya. Hasby tersenyum miris sembari menyeruput kopinya.

“Mama lagi apa disana?”

“Disana enak nggak, Ma?”

“Hasby kangen mama. Hasby udah janji sama Kila buat nggak nangis tapi kayaknya Hasby mau langgar janji Hasby sama Kila deh, Ma. Hasby nggak kuat, kangen banget.”

“Mama cantik hari ini, datengnya bareng pelangi.”

flashback off