the heart wants what it wants
Kyra dan Adriel, dulunya merupakan sepasang kekasih yang cukup membuat semua orang merasa iri karena hubungannya yang selalu terlihat manis. Terlebih lagi, Adriel Samudra merupakan sosok laki-laki yang sangat menyayangi kekasihnya, Kyra Khanina. Namun sangat disayangkan hubungan mereka kandas begitu saja karena adanya kesalah pahaman yang membuat mereka saling beradu mulut dan memutuskan untuk berpisah. Sebenarnya, Adriel juga merupakan sosok laki-laki yang mudah cemburu, kecemburuannya lah yang menyebabkan hubungan mereka berdua harus kandas.
Saat itu Kyra tidak sengaja bertemu dengan teman lamanya di salah satu pusat perbelanjaan. Tentunya Kyra datang bersama Adriel, namun pada saat Kyra bertemu dengan teman lamanya, Adriel sedang pergi ke toilet sebentar. Kyra memang merupakan anak yang mudah bergaul, jadi obrolan Kyra dengan teman lamanya yang bernama Galandra Alam nampak begitu akrab. Adriel kembali dari toilet dan langsung mendapat pemandangan tidak enak. Kekasihnya itu sedang didekap oleh laki-laki yang sangat asing baginya.
Tanpa berpikir panjang, Adriel langsung menghantam laki-laki itu dengan satu pukulan dan menarik paksa Kyra untuk keluar dari pusat perbelanjaan itu. Tentu saja mereka menjadi tontonan publik. Sesampainya di dalam mobil Adriel, mereka berdua beradu mulut hebat sampai-sampai air mata Kyra lepas dari pertahanannya. Karena emosi Adriel yang sedang memuncak, ia langsung mengeluarkan kalimat yang sangat amat Kyra hindari. Seharusnya bisa saja Kyra menolak permintaan Adriel untuk mengakhiri hubungan keduanya, namun Kyra lebih memilih untuk mengiyakan kemauan Adriel.
Tapi sebenarnya, mereka berdua masih menyimpan perasaan yang sama, yang sebenarnya masih belum hilang dan pudar. Seperti saat ini, Kyra sudah berada di depan pintu UKS sekolahnya. Ia benar-benar menuruti permintaan Adriel untuk menemani sang mantan kekasih yang sedang terbaring lemas di atas tempat tidur UKS itu.
“El,” panggil Kyra dengan lembut.
“Duduk, Ra.”
“Kamu udah dibikin teh?”
Tanpa sadar, Kyra melontarkan kata “kamu” yang dulu sering ia gunakan untum berkomunikasi dengan Adriel.
Laki-laki dengan bibir pucat itu menggeleng. “Belum, daritadi nggak ada yang masuk kesini,”
“Makanya aku minta tolong kamu temenin disini. Sepi Ra, nggak suka.”
Betul, Adriel benci kesepian. Ia sudah merasakan kesepian sejak kelas 6 SD, sepi rasanya hidup tanpa seorang ayah dan ibu. Ayah dan ibh Adriel masih ada, namun memang diharuskan untuk bekerja di negata lain yang membuat mereka harus pulang 5 sampai 6 tahun sekali. Adriel hanya hidup seorang diri dengan ditemani oleh asisten rumah tangga serta supir dan beberapa petugas keamanan di rumahnya.
“Iya aku disini. Tapi sebentar ya, aku bikinin kamu teh dulu.”
Kini keduanya sama sekali tidak keberatan dengan kata “aku-kamu”.
Setelah beberapa menit ditinggal oleh Kyra untuk membuat teh hangat. Kini gadis itu sudah kembali duduk di sebelah tempat tidur Adriel terbaring. Kyra menuntun Adriel untuk bangun dan duduk bersender di tembok agar bisa meminum teh hangat itu tanpa berantakan.
Adriel selesai dengan meneguk air teh, Kyra berniat untuk kembali ke dapur sekolah untuk mengembalikan gelas teh tadi. Namun tangannya sudah terlebih dahulu ditahan oleh Adriel.
“Disini dulu aja, itu bisa nanti.”
Kyra kembali duduk dengan tangan yang masih digenggam oleh Adriel.
“Aku boleh pinjem tangan kamu, Ra? Aku mau tidur, kepalaku pusing banget.”
“Sure, sini aku elus-elus. Kamu tidur aja.”
“Thank you, Ra.”
Adriel langsung mengarahkan tangan Kyra ke puncak kepalanya agar bisa segera dielus dan diusap oleh Kyra. Adriel langsung memejamkan matanya dan terasa begitu nyaman dengan usapan di kepalanya.
“Semoga cepet sembuh El,”
“Aku masih dan selalu sayang kamu,” sambungnya dengan nada pelan.