Tidak terasa sudah 30 menit Adys dan Haris di perjalanan, kini mereka telah sampai di rumah Farel. Rumah itu nampak begitu sepi, satu pintu rumahnya terlihat seperti sengaja dibuka oleh sang pemilik rumah. Adys langsung berpamitan dengan Haris yang berada di kursi pengemudi.

“Nanti pulangnya dijemput atau dianter sama si Farel?“ tanya Haris.

“Nggak tau, nanti teteh kabarin aja ya.”

Haris mengangguk, “Yaudah, adek balik ya, teteh hati-hati. Bilang ke adek kalo si Farel nakal!”

Adys mengangguk paham dan langsung keluar dari mobil, ia melambaikan tangan ke arah adiknya yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Mobil Haris sudah benar-benar tidak terlihat, Adys langsung menelepon Farel untuk memberi kabar bahwa dirinya telah sampai. Setelah mengakhiri sambungan teleponnya dengan Farel, laki-laki yang sebelumnya berada di sambungan telepon langsung keluar dengan pakaian khas rumahan sembari tersenyum ke arahnya.

“Akhirnya sampe, hayuk masuk teh!” Farel menuntun tangan Adys untuk segera masuk ke dalam rumahnya.

Adys mengikuti langkah Farel. Pemandangan pertama yang ia lihat ketika masuk ke dalam rumah kekasihnya yaitu, anak kecil yang sedang duduk membelakanginya dengan tumpukan mainan di samping kanan dan kirinya.

“Itu si Disa teh,” tunjuk Farel. “Kalo main emang gitu semuanya dikeluarin. Jangan heran ya, teh.”

“Anak kecil kan emang gitu, Rel,” ucap Adys.

“Ayok sini, Farel kenalin ke si Disa.”

Keduanya berjalan ke arah anak kecil tersebut.

“Adek… Liat ada siapa.” Farel sukses mengalihkan pandangan anak kecil itu dari mainan-mainanya. Sekarang Disa sudah langsung menatap lekat bola mata milik Adys.

Cantik dan menggemaskan. Disa sangat cantik dan menggemaskan. Matanya bulat, senyumnya manis hingga menunjukkan lesung pipi di kedua pipinya, rambutnya tergerai panjang, juga kulit seputih susu.

“Adek kenalin, ini teteh geulis yang waktu itu adek tanyain. Hayuk salam dulu.” Farel memperkenalkan Adys kepada Adiknya.

Seketika Disa langsung bangkit dan berlari memeluk Adys. Farel dan Adys langsung membulatkan matanya karena terkejut oleh tingkah Disa.

“Teteh geulis, Disa seneng bisa ketemu teteh geulis.” Disa langsung melepas pelukannya sebelum Adys membalas pelukan itu.

Adys tersenyum sembari membelai kepala Disa, “Halo Disa geulis, kenalin aku Adys! Salam kenal ya.”

Disa mengangguk, “Salam kenal juga teteh!”

Ada kehangatan di hati Farel ketika melihat kedua perempuan yang ia sayangi saling melempar senyuman. Farel kira, Disa tidak akan bertindak semanis itu kepada Adys. Karena adiknya itu bukan tipikal anak kecil yang mudah akrab dengan seseorang. Namun dugaannya salah, Disa malah menyambut hangat kehadiran Adys dan sekarang sudah mengajak Adys bergabung dengan deretan barbie-barbie nya.

“Yaudah, Disa main dulu ya sama Teh Adys. A’ Farel mau bikin minum dulu ke belakang,” pamit Farel sembari menepuk pelan kepala Disa.

Baru saja melangkahkan satu langkah menuju dapur, tangannya sudah buru-buru ditarik pelan oleh Adys, “Nggak usah repot!”

“Gapapa, teteh. Teteh mau minum apa?”

Adys mengalah, “Air putih aja.”

“Yaudah, teteh tunggu disini ya sama Disa, Farel ke dapur dulu sebentar.” Kali ini Farel benar-benar meninggalkan Adys dan Disa berdua di ruang tamu.

“Disa,” panggil Adys.

“Iya, teteh?”

“Liat deh, aku bawain apa nih.” Adys langsung mengeluarkan kotak dari paperbag yang sedaritadi masih menggantung di tangannya dan segera membuka kotak tersebut.

Mata Disa langsung berbinar ketika melihat isi dari kotak tersebut. Cupcake dengan krim strawberry yang dilengkapi oleh potongan strawberry segar di atasnya.

“Waaah, ini buat Disa teh?”

Adys mengangguk, “Iya, buat Disa!”

“YAY! AA DISA DI BELIIN CUPCAKE LUCU SAMA TETEH ADYS,” teriak Disa ke arah Farel yang sibuk dengan menyajikan beberapa jamuan untuk Adys.

“Udah bilang makasih, belum?” tanya Farel dari kejauhan.

“Oh iya,”

“Makasih banyak ya teh, Disa pasti abisin cupcakenya!” Lagi-lagi kedua tangan Disa menggantung di leher Adys. Adys membalas pelukan Disa hangat.

“Yaudah sok, dimakan atuh cupcakenya.”

Disa memanyunkan bibirnya, “Hm… Tapi Disa lagi main, Teh. Nanti kotor kemana-mana.”

“Mau aku suapin, nggak? Biar nggak berantakan,” tawar Adys.

“Mau!!!” ucap Disa sambil mengangguk gemas.

Adys langsung mengacak-acak pelan rambut Disa karena dibuat gemas oleh tingkah anak kecil itu. Tidak lama kemudian, Farel datang dengan membawa satu buah nampan.

“Diminum dulu, teh.”

“Nuhun ya,”

“Nanti ya aku minumnya, tangan aku kotor lagi nyuapin Disa,” lanjut Adys

“Yaudah teteh minumnya Farel suapin aja, mau?” tanya Farel dengan usil.

Disa yang tadinya sedang sibuk dengan menggantikan baju boneka barbie nya langsung melihat ke arah Farel dan Adys yang ada di depannya.

“Jangan macem-macem, Rel. Diliatin si Disa!” bisik Adys.

Farel tertawa geli, puas dengan membuat Adys tampak begitu panik.

“Teh Adys,” panggil Disa.

“Iya, Disa?” Adys mendekatkan kepalanya agar ia bisa mendengar apa yang Disa ucapkan.

“Teh Adys itu temennya AA aku?”

Kedua mata Adys langsung menatap ke arah Farel. Farel hanya menunggu jawaban Adys sambil menyenderkan tubuhnya ke sofa. Matanya tidak lepas untuk memperhatikan ucapan apa yang nantinya akan keluar dari mulut Adys.

“Bukan,”

“… Aku teh pacanya Aa kamu.”

Ucapan Adys barusan sukses membuat Farel mengukir senyumannya. Adys langsung menatap Farel yang langsung membuang muka karena salah tingkah.

“Cemen! Gitu aja salting!” ledek Adys dengan nada pelan.

-

Langit kota Bandung sudah berubah warna menjadi jingga, itu berarti sudah lumayan lama Adys bermain dengan Disa. Disa yang sebelumnya nampak begitu segar, kini dirinya sudah beberapa kali menguap sembari sesekali memejamkan matanya.

“AA… Disa ngantuk,” celetuk Disa.

Farel yang sedang duduk di sofa langsung bangkit dan bersedia untuk membawa Disa ke gendongannya. Namun, lagi-lagi Adys menghentikannya.

Kunaon, teh?” tanya Farel dengan tatapan bingung.

“Biar aku aja sini.”

“Berat loh teh Disanya.”

“Nggak apa-apa, dimana kamarnya Disa, Rel?”

Farel langsung memimpin jalan dan berhenti di depan kamar dengan nuansa serba pink. Adys langsung menurunkan Disa dari gendongannya dan menyuruh Disa untuk kembali tidur di kasurnya agar lebih nyaman. Disa sempat menahan tangan Adys ketika Adys ingin keluar dari kamarnya.

“Teteh, sini aja. Tolong bacain Disa cerita.” Disa menunjuk ke arah tumpukan buku-buku yang ada di atas nakasnya.

Farel yang melihat itu langsung tertarik untuk tetap tinggal di kamar itu dan memilih untuk duduk di bangku rias kecil milik Disa. Adys sempat melihat ke arah Farel seakan meminta persetujuan untuk membacakan Disa buku cerita.

“Sok atuh, kalo mau mah nggak apa-apa teh,” ucap Farel.

Adys langsung mengambil salah satu buku cerita yang berada di atas nakas kecil. Kemudian, ia langsung membacakan cerita untuk Disa yang sekarang sudah mulai memejamkan matanya kembali.

Dirasanya Disa sudah sepenuhnya tertidur, Adys dan Farel langsung keluar dengan langkah yang sangat pelan, agar nantinya tidak mengganggu tidur Disa. Farel langsung membantingkan dirinya ke sofa dan menyenderkan punggungnya ke senderan sofa.

Farel yang melihat Adys masih berdiri sembari menatap dirinya lekat langsung menyuruh kekasihnya untuk duduk disebelahnya, “Sini, teh,” ucapnya sembari menepuk-nepuk bantalan sofa.

Yang disuruh pun langsung menurut dan sudah ikut duduk di sebelah Farel. Saat sedang melihat-lihat ke arah lain, tiba-tiba tangan Farel sudah berada di atas punggung tangan milik Adys.

“Makasih ya, teh.”

“E-eh???”

“Makasih udah repot-repot dateng buat bantuin jagain si Disa, mana pake segala dibawain makanan,” jelas Farel.

“Nggak apa-apa ih, santai. Kan udah aku bilang, aku yang mau. Jadi nggak repot sama sekali,”

“Lagian main sama Disa seru kok, aku nggak capek,” sambungnya.

“Eh, ngomong-ngomong ibu kamu kapan pulang? Aku nggak sabar mau kenalan.”

“Nanti Farel chat ya, teh.”

“Teh,”

Adys hanya berdehem.

“Mau nggak?” tanya Farel.

“Mau apa?”

“Pelukan.”

Mendengar ucapan Farel barusan, Adys langsung mencubit pelan perut Farel, “Heh! Kalo tiba-tiba ibu kamu dateng terus liat kita pelukan gimana?” tanya Adys.

“Ya nggak apa-apa, paling dicie-cie in sama si ibu. Lagian kan tadi teteh juga minta peluk, ya kan?”

“Ya iya… TAPI NGGAK DISINI JUG—“

“FAREL!!! LEPAS IH SESEKKKKKK!”

Farel tertawa puas setelah berhasil membawa Adys masuk ke dalam pelukannya dengan sempurna.