Unexpected Meet

Tiga puluh menit menghabiskan waktu diperjalanan, mereka berdua telah tiba di depan jajanan-jajanan yang berada di depan komplek perumahan Mia. Jose langsung mengajak Mia untuk masuk ke dalam tendaan jajanan itu dan menyuruh Mia untuk duduk.

“Pak, lumbas sama es jeruknya dua ya, makan disini.”

“Siap mas!”

Mia yang sebelumnya cemberut langsung tersenyum senang ketika aroma kenikmatan lumpia yang masuk ke indera penciumannya.

“Gitu dong nggak cemberut lagi.”

“Tadi kenapa, sih?” tanya Jose penasaran.

“Kamu tadi merasa diperhatiin nggak?”

“Hah? Engga. Emang ada yang merhatiin aku?”

Gadis itu mengangguk. “Anak cheers sekolah ku. Dia latihan di belakang kamu parkor motor. Tapi matanya nggak berhenti ngeliatin kamu. Sebel banget.”

Jose tertawa. “Ohhh, jadi tadi tuh kamu cemburu?”

“Nggak cemburu! Cuma sebel aja.”

Jose menyenggol lengan Mia. “Ah, bilang aja kalo cemburu.”

Mia langsung menepuk lengan Jose. “Nggak ya, diem!!!”

Disela-sela perdebatan mereka, penjual lumpia itu datang sembari membawa dua piring pesanan mereka. Mia yang sebelumnya ingin memberikan pukulan kepada Jose langsung berfokus pada dua piring lumpia yang kini sudah berada di depannya.

“Makasih, pak!” ucap Mia kepada penjual lumpia itu. Mia langsung buru-buru mengambil sendok untuk mendapatkan suapan pertamanya.

“Hati-hati, masih panas.”

“Aduh!”

Lidah Mia terasa seperti terbakar karena lumpia tersebut baru saja selesai diangkat dari pemasaknya. Jose yang melihat itu, langsung buru-buru memberikan satu gelas Es Jeruk kepada Mia. “Kan aku bilang masih panas. Nih minum.”

“Makasih.”

Jose juga mengambil sendok untuk mendapatkan suapan pertamanya. Mereka berdua menikmati lumpia basah itu dengan sangat tenang dan tidak banyak bicara. Selesai dengan menyantap lumpia tersebut, Jose dan Mia melanjutkannya dengan sesi obrolan mereka. Sampai dimana ponsel Mia berbunyi dan menampilkan notifikasi pesan yang dikirimkan oleh sang ibu.

“Mama udah nyuruh pulang nih, Jo.”

“Yaudah bentar aku bayar dulu.”

Jose bangkit dari duduknya dan segera menghampiri penjual lumpia tersebut untuk membayar pesanan mereka.

“Pak, jadi berapa?”

“Jose?”

Merasa dirinya dipanggil, Jose langsung menoleh ke arah sumber suara. Matanya membulat ketika mengetahui siapa yang barusan memanggil namanya.

“Udah belum, J—“

Ucapan Mia terpotong saat melihat seorang gadis yang sudah berdiri di hadapan kekasihnya itu. Keduanya langsung menoleh ke arah Mia yang baru saja tiba disana. Merasa tidak senang dengan situasi saat ini, Jose langsung membayar pesanannya dan berpamitan kepada gadis yang sebelumnya memanggil namanya. Jose meraih tangan Mia untuk ia genggam dan membawa Mia untuk pergi dari tempat itu.

Mia masih tetap melihat ke arah gadis yang mematung disana. Namun, pandangannya langsung dialihkan oleh Jose yang tiba-tiba memakaikannya helm dan menyuruhnya untuk segera naik ke motor laki-laki itu.

“Siapa?” ucap Mia dalam hati.