when the song and the memories starts playing
Pintu lift yang dinaiki oleh Keira baru saja terbuka, ia melangkahkan kakinya untuk segera keluar dari sana. Ia sempat melihat ke arah kanan dan kiri untuk mencari sosok Jevi yang katanya sudah menunggunya di Lobby. Saat sedang mencari keberadaan Jevi, tiba-tiba saja pundak Keira ditepuk oleh laki-laki yang umurnya 5 tahun lebih tua darinya.
“Ngapain celingak-celinguk kayak gitu?”
“Ih, kaget!!”
“Ya nyari kakak lah, pake nanya lagi,” sambung Keira.
Jevi tertawa pelan, “maaf ya, tadi kebelet buang air kecil, jadi harus ke toilet dulu.”
Keira mengangguk paham seakan mengerti dengan kondisi Jevi, “iya gapapa, sekarang ayo kita jalan, aku udah laper banget.”
“Oke, Bu Boss!”
Mereka berdua segera meninggalkan gedung fakultas Keira dan berjalan menuju parkiran mobil dengan berdampingan.
Omong-omong soal Jevi, Jevi merupakan Bakery Assistant yang bekerja di usaha bakery milik Keira dan Evelyn—Ibu Keira. Jevi sudah bekerja selama 2 tahun disana. Maka dari itu, Jevi dan Keira bisa dibilang sangat dekat layaknya adik dan kakak. Jevi benar-benar sudah menganggap Keira sebagai adik perempuannya sendiri, begitupun sebaliknya.
-
Kini mereka berdua telah masuk kedalam mobil milik Keira dengan Jevi yang mengambil alih kursi pengemudi. Keira memasangkan seat-beltnya dengan benar dan kemudian menyenderkan sedikit kebelakang kursi yang ia duduki.
Jevi yang melihat Keira tampak kelelahan langsung melontarkan pertanyaan untuk memastikan, “Gimana kelasnya, Kei? aman? lancar?”
“Lancaaaar kak, cuma ya… Agak capek aja, sih.”
“Oh gitu, yaudah tidur aja nanti kalo udah sampe saya bangunin—eh kamu udah makan siang belum?”
Keira menggeleng.
“Yaudah, nanti kita makan siang dulu baru belanja ya.”
“Okeeey Kak!”
Baru saja Keira ingin memejamkan matanya, tiba-tiba lagu Perfect milik One Direction terputar.
“please jangan sekarang,” batinnya.
Keira langsung gelisah. Tiba-tiba saja ingatannya dengan masa lalunya terputar.
Bukannya apa, tapi, lagu ini merupakan lagu yang selalu Keira dan Acel putar saat sedang bersama, lagu ini merupakan favorite mereka berdua dan lagu ini… lagu yang pernah Acel nyanyikan untuk Keira.
Keira berusaha untuk menahan agar air matanya tidak jatuh. Namun nihil, air matanya baru saja jatuh membasahi pipinya ketika lagunya mencapai bagian reff.
Jevi yang melihat kegelisahan Keira pun langsung dibuat khawatir.
“Kei, is everything okay?”
Keira langsung bangkit dari posisi tidurnya dan segera menghadap ke arah Jevi.
Jevi sontak menengok dan terkejut melihat Keira yang sudah menangis.
“Kak jevi…”
“Kei, kenapa? kenapa tiba-tiba nangis?”
“This song… This song really reminds me of him, Kak.”
Jevi yang mendengar jawaban dari Keira langsung menepi kepinggir jalan.
“Hey, sini.” Jevi merentangkan tangannya, menawarkan Keira agar masuk kedalam pelukannya.
Tidak, Jevi sedang tidak lagi modus atau mencari kesempatan dengan Keira, melainkan ia tau bagaimana cara membuat Keira tenang ketika sedang mengingat laki-laki itu. Karena kedekatan mereka berdua, mereka jadi sering bertukar cerita. Seperti Keira yang jadi banyak bercerita kepada Jevi tentang siapa sosok laki-laki itu. Hal itu membuat Jevi tahu tentang kisah Keira bersama laki-laki itu.
Keira langsung masuk kedalam pelukan Jevi.
“Kei, stop, udah ya? jangan kayak gini terus, saya nggak tega liat kamu sedih kayak gini. Percaya sama saya, he’ll be back, Kei.”
“Kapan, Kak? it’s been 2 years since he left me without any saying his last goodbye, Kak. He said, he still love me even though we’re not together anymore, tapi nyatanya apa? he lied… Dia b-bohong, Kak,” ucap Keira sambil terisak.
Jevi menepuk-nepuk pundak Keira, membiarkan Keira meluapkan semua emosinya. Jevi bisa merasakan betapa sakit dan sedihnya Keira.
“Yaudah, sekarang kamu nangis aja dulu ya sampe tenang, nanti kalo dirasanya udah lega baru saya kasih tau sesuatu ke kamu, okay?”
Keira mengangguk.
3 menit berlalu, Keira sudah merasa lega dan sudah melepas pelukan Jevi. Ia kembali merapihkan rambutnya yang berantakan dan menghapus sisa-sisa air matanya yang sempat membasahi pipinya itu.
“Udah lega?” tanya Jevi dengan lembut.
“U-udah,” jawab Keira yang masih sesegukkan.
“Keira, dengerin saya ya. Saya memang nggak tau kapannya Acel bisa balik lagi, tapi saya yakin, kalo dia benar-benar sayang dan cinta sama kamu, dia bakalan balik lagi. Kita juga nggak tau sama apa yang sekarang dia lagi alamin disana, jadi saya minta kamu buat sabar, ya?disini kalian berdua harus berpisah dengan keadaan masih saling sayang, dan itu nggak mudah untuk saling melupakan, Kei. Jadi, saya yakin Acel juga masih sayang sama kamu.”
Keira mendengarkan semua kalimat yang keluar dari mulut Jevi, walaupun baginya itu semua tidak mungkin, bagaimana bisa Acel masih menyayanginya? padahal antaranya dan Acel tidak pernah berkomunikasi.
“Sekarang udah bisa lanjutin perjalanannya belum?” tanya Jevi
“Udah kak, aku udah laper.”
Jevi terkekeh, ia mengacak-acak gemas puncak kepala Keira dan kemudian segera melajukan kembali mobil milik Keira.