198
Adys baru saja turun dari kamarnya setelah bersiap-siap, ia langsung menghampiri Haris dan Ayahnya yang sedang asyik menonton acara TV di ruang tamu.
“Eleuh eleuh… Pada serius banget nontonnya, itu ikan di kolam kalo diambil kucing juga nggak ada yang ngeh,” ucap Adys dengan nada sedikit meledek.
“Kadieu atuh teh, gabung!” seru Adam, ayah Adys.
“Sakedap, yah, teteh mau ke kamar ayah sama bunda dulu, mau pinjem sepatu bunda.” Adys langsung meninggalkan keduanya disana dan langsung menuju ke kamar kedua orang tuanya.
Setelah selesai mencari sepatu milik bundanya, kini Adys sudah kembali ke ruang tamu dengan disusul oleh Aida, bunda Adys.
“Bade kamana rapih-rapih begini anak bunda? Si teteh juga tumbenan minjem sepatu bunda?” tanya Aida yang sudah duduk di sebelah Adys.
“Adek sih mau cari sepatu futsal buat acara lomba cup sekolah sama si Farel, kalo si teteh mah main ikut-ikut aja, tuh!” seru Haris sembari menjulurkan lidahnya ke arah Adys.
“Bener, teh? Teteh tumben mau ikut pergi sama temennya adek juga.” Aida menyisir rambut Adys dengan jari-jarinya.
“Gapapa, pengen aja atuh bun… Teteh pusing abis rapat, jadi sekalian refreshing gitu,” jawab Adys.
“Ngabohong wae si teteh mah, bun! Si teteh mau ikut karena lagi pendekatan sama si Farel tuh, bun, yah.”
Ucapan Haris barusan sukses membuat mata Adys membulat. Rasanya Adys ingin sekali menjambak rambut Haris yang sudah tertata rapih sekarang juga.
“Bener, Teh?” tanya Ayah.
“H-hah… Eng—“
Ucapan Adys terpotong oleh suara mesin mobil yang baru saja dimatikan. Untuk menghindari pertanyaan ayahnya barusan, Adys memilih untuk beranjak keluar rumahnya untuk menghampiri si pemilik mobil tersebut.
“Tuh kan, yah, bun! Si Farel belom turun aja teteh udah langsung ngabur.”
Adam dan Aida hanya menggelengkan kepala sembari tertawa pelan.
“Biarin atuh! kamu mah sirik wae,” ledek Adam.
-
Farel baru saja sampai di depan rumah yang dilapisi oleh cat serba putih. Pintu mobilnya baru saja ia buka, tapi ia langsung bisa melihat jelas Adys yang sedang berlari ke arahnya dari dalam rumah itu. Farel sedikit terkekeh melihat Adys yang berlari kecil untuk menghampirinya.
“Halo,” sapa Adys.
“Halo, teh. Lama ya?” tanya Farel.
Adys menggeleng, “Ngga, kok. Ayok masuk dulu, si Haris nunggu di ruang tamu, ada Ayah sama Bunda juga.”
deg
“Ayok ih. kok malah ngelamun?“
“E-eh… Iya teh, hayuk!”
Keduanya berjalan memasuki kediaman milik Adys yang langsung disambut hangat oleh Aida yang sudah berada di depan pintu rumah. Farel langsung menyalimi tangan Aida.
“Eleuh si kasep… Sini-sini, masuk dulu atuh!”
“Punten ya, Tan,” ucap Farel dengan sopan.
Baru saja Farel tiba di ruang tamu milik Adys, ia bisa melihat jelas sosok pria yang tidak begitu tua sedang memperhatikannya. Farel langsung menghampiri pria tersebut dan menyalimi tangannya dengan sopan.
“Kumaha damang, Om?”
“Om mah sehat, kumaha samulihna?”
“Baik, om.”
“Yaudah sok weh, duduk disitu.”
“Nuhun ya, om.” Farel langsung duduk disebelah Haris dengan Adys yang duduk di seberangnya.
Haris menahan tawanya ketika melihat ekspresi Farel yang sedikit tegang, “Kalem atuh bray, muka maneh panik gitu.”
Farel langsung mendekat ke arah Haris dan berbisik, “Anying! aing deg-deg an banget!”
Haris hanya terkekeh pelan yang membuat Adys dan Adam menatap ke arah keduanya.
“Bade kamana, Rel?” tanya Adam tiba-tiba.
“Nemenin si Haris beli sepatu futsal om, ke PVJ.”
“Oh kitu, bukannya mau proses pendeketan sama teh Adys?”
Adys yang mendengar ucapan ayahnya barusan langsung menyenggol pelan lengan sang ayah, “Ayah ih! naon gitu bilangnya, udah ah hayuk Rel, Ris, jalan sekarang wae.”
“Jalan dulu ya yah, bun,” pamit Adys kepada kedua orang tuanya.
Adys langsung menarik tangan Farel dan Haris bersamaan. Farel sempat tersenyum setelah mendengar ucapan Adam barusan. Ia ingin menanggapi ucapan Adam barusan, tapi Adys sudah menarik tangannya terlebih dahulu. Jadi, mau tidak mau ia juga ikut berdiri dan berpamitan dengan kedua orng tua Adys dan Haris.
“Pergi dulu ya om, tante…” Kini giliran Farel yang berpamitan. Adys dan Haris sudah lebih dulu keluar dari rumah. Keduanya sudah meninggalkan Farel yang masih berada di teras rumah dengan Adam dan Aida yang juga ikut mengantarnya sampai depan teras.
“Bawa mobilnya hati-hati ya, Rel,” ucap Adam yang dianggukki oleh Farel.
“Semoga lancar ya itu proses pendekatannya sama si teteh.” Adam menepuk pelan pundak Farel yang membuat sang pemilik pundak mengembangkan senyumnya.
Farel tertawa keci, “Nuhun ya om, ini Farel berasa kayak dikasih restu begini.”
“Ah bisaan kamu mah.” Keduanya terkekeh sampai tidak sadar Adys sudah berulang kali memanggil nama Farel agar segera menghampirinya.