391
“Ca, aing izin cabut keluar bentar ya. Kalo ada guru naik, chat aja ya.”
“Eh maneh mau kemana, Dys?” tanya Karissa teman sebangku Adys.
“Ada urusan euy, penting.”
“Urusan naon sih? Cup aja udah kelar.”
“Ssst… Udah pokoknya nanti kalo ada guru chat aing aja ya, Ca!” Adys langsung buru-buru keluar kelas dan menghampiri Farel di kantin.
Benar saja apa kata Farel tadi, koridor sekolah nampak begitu sepi dan sama sekali tidak ada yang berjaga di tiap lantainya. Hal itu membuat Adys berjalan tanpa harus khawatir dirinya akan tertangkap basah oleh guru piket yang seharusnya berjaga di tiap lantai. Sesampainya di kantin, ia bisa melihat dengan jelas laki-laki yang sedang sibuk dengan ponselnya di meja ujung sana. Adys langsung berlari menghampiri laki-laki itu.
“Ekhem!”
“Teteh? Kok cepet banget nyampenya?”
“Ya orang cuma turun satu lantai!”
Farel terkekeh dan sedikit menggeser tubuhnya untuk memberikan tempat agar Adys bisa ikut duduk di sampingnya. “Sini teh.”
Alih-alih ikut duduk di samping laki-laki itu, Adys malah memilih untuk menarik tangan Farel hingga laki-laki itu harus terbangun dari duduknya.
“Ih, mau ngapain teh?”
“Udah ikut aja!”
Adys memimpin langkah keduanya dengan tangannya yang masih menuntun Farel agar laki-laki itu dapat mengikutimya dari belakang. Farel nampak bingung saat Adys membawanya ke atap sekolah.
“Teh kok kesini?”
“Nggak enak di kantin, terlalu luas dan nggak bisa tidur.” Adys mendorong pintu atap agar terbuka dengan sempurna.
Atap sekolah memang sering digunakan atau didatangi oleh anak kelas 3. Entah hanya untuk sekedar menenangkan pikiran, menjadi tempat untuk tidur siang atau menghindari jam pelajaran yang dirasanya cukup membosankan. Adys mengajak Farel untuk duduk dibangku panjang yang memang disediakan disana. Farel yang melihat bangku itu masih sedikit basah akibat cipratan air hujan yang sebelumnya turun, langsung mengeluarkan handuk kecil dari tasnya.
“Buat apa?” tanya Adys.
“Itu bangkunya masih basah, nanti rok teteh basah. Makanya ini mau Farel keringin dulu, sabar ya teh.”
“Loh, tapi kan itu handuk futsal kamu.”
“Gapapa, nanti Farel bisa beli tisu di kantin.” Farel melanjutkan aksinya yang tadi sempat tertund.
“Nah, udah kering sekarang. Udah bisa duduk teh.”
“Makasih ya.”
Farel mengangguk dan ikut duduk disamping Adys.
“Teteh kok tiba-tiba nyamperin Farel?” tanya Farel seraya membuka obrolan keduanya.
“Dapet laporan dari Keya kalo pacar aku sendirian di kantin,” jawab Adys.
Farel yang mendengar jawaban dari Adys langsung tersenyum malu sembari melihat ke arah gadis cantik yang sedang fokus melihat ke arah depan.
Sadar akan Farel yang sedaritadi menatap ke arahnya, Adys langsung menepuk pelan paha Farel. “Naon ih liatin akunya begitu!”
“Suka ih kalo kamu lagi bilang ‘pacar aku’ begitu.”
“Apasih!”
“Lagi dong teh, bilang ‘pacar aku’ lagi gituuuu.”
“NGGAK!!!”
“Teteh sayang… Ayok dong.”
Adys mencubit pelan lengan Farel hingga yang punya pun meringis. “Aku balik ke kelas nih ya!”
“Jangan dong! Disini aja, temenin pacar kamu. Pacar kamu belum tidur nih dari semalem, pinjem pundak dong!”
“Kamu teh belum tidur dari semalem?” tanya Adys.
Farel mengangguk. “LAH SEMALEM KAMU BOHONG DONG BILANG MAU TIDUR?”
Yang ditanya malah terkekeh, “Kan emang iya, biar teteh nggak kena betenya Farel!”
“Yeh! Yaudah sini.” Adys menepuk pahanya. “Jangan dipundak, pegel. Disini aja biar bisa liat muka pacar aku kalo lagi tidur gimana,” sambung Adys.
“Tadi katanya nggak mau bilang ‘pacar aku’ lagi, kelepasan kan!” ledek Farel.
Adys yang menahan malu langsung menyuruh Farel agar segera menaruh kepalanya diatas pahanya. Farel pun menurut dan sekarang dirinya dapat melihat jelas wajah cantik Adys dari bawah.
“Eleuh… Eleuh… Geulis pisan pacar Farel.”
“Tidur aja! Nggak usah begitu!”
Farel terkekeh sembari memejamkan matanya dan menyilangkan tangannya diatas dadanya. “Nanti tolong bangunin Farel pas jam ketiga dimulai ya, teh. Pacarmu tidur dulu, oke?”
Adys hanya berdehem dan memilih untuk memainkan ponselnya. Dirasanya sudah tidak ada pergerakan dari Farel, Adys sedikit melirikkan matanya ke bawah. Farel terlihat sudah terlelap di alam mimpi. Adys menatap wajah laki-laki itu dengan sesekali mengelus-elus puncak kepala Farel. Tiba-tiba saja ide gila yang ada dipikiran Adys muncul, ia sedikit melirik ke arah kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tidak ada orang lagi disini.
Setelah memastikan bahwa tidak ada orang lagi selain dirinya dan Farel, Adys langsung mendekatkan wajahnya ke dahi milik Farel. Adys memberikan kecupan singkat diatas sana sembari kembali mengelus puncak kepala Farel.
“Tidur yang nyenyak ya ganteng!” Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Adys langsung membuang muka ke lain arah untuk menutupi rasa malunya.
Tanpa disadari, Farel mengukirkan senyumnya dengan mata yang masih terpejam tanpa sepengetahuan Adys. Sebenarnya, ia belum sepenuhnya masuk ke alam mimpi, ia masih bisa mendengar dan merasakan apa yang barusan Adys lakukan.