1:20
Kegiatan api unggun baru saja selesai. Semua siswa SMANSA diminta untuk meninggalkan area api unggun untuk kembali ke tendanya masing-masing. Sabil dan kedua temannya langsung berjalan meninggalkan area api unggun sembari berbincang singkat. Namun, langkahnya berhenti ketika melihat Haris yang sudah berdiri di hadapannya dengan senyuman yang mengembang diwajah laki-laki itu.
“Jadi kan?” tanya Haris.
“Sekarang?” tanya Sabil yang langsung diangguki oleh Haris.
Miwa dan Alody nampak bingung dengan percakapan antara keduanya. Haris yang melihat ekspresi kedua teman Sabil pun terkekeh dan meminta izin untuk meminjam Sabilnya sebentar.
“Pinjem sebentar ya Sabilnya, nanti dipulangin ke tenda sebelum patroli malam.”
Alody dan Miwa mengangguk bersamaan. Tidak lupa untuk menggoda Sabil yang kini sudah ditarik oleh Haris menjadi berada di sebelah laki-laki itu.
“Nanti chat aku aja ya kalo ada apa-apa,” ucap Sabil kepada kedua temanya.
“Siap!”
Udara dingin cikole menusuk kulit sepasang remaja yang kini sedang berjalan bersebalahan. Sabil berjalan sembari memeluk kedua bahunya sendiri agar tetap hangat. Sedangkan yang berada disebelahnya, langsung melepaskan jaketnya dan ia kenakan ke tubuh mungil Sabil tanpa berkata-kata.
“Loh, kok dikasih aku? Ini dingin, kamu pake aja.”
“Nggak apa-apa, kamu yang pake aja. Aku masih pake hoodie kok.”
“Beneran?”
“Iya pake aja.”
“Makasih.”
Keduanya melanjutkan langkahnya. Sebenarnya Sabil tidak tahu akan dibawa kemana dirinya oleh Haris, namun ia memilih untuk tetap mengikuti langkah kaki laki-laki yang ada di sebelahnya.
“Haris, ini mau kemana?”
“Ih kok jauh dari camp nya?”
“Haris, kamu nggak aneh-aneh kan?”
“Aku cuma mau ajak kamu liat bintang sambil minum susu panas,” ucap Haris yang sedikit membuat Sabil tenang.
“Emangnya ada bintang?”
“Ya kalo nggak ada, liat bulan aja.”
“Kalo nggak ada bulan?” tanya Sabil.
“Ya, liat aku aja.”
Sabil menepuk pelan bahu Haris. “Nggak jelas!”
Tidak lama setelah itu, akhrinya mereka tiba di depan coffe shop yang tersedia di area ini.
“Aku nggak tau kalo jembatan layang tadi bisa buat ke sini.”
“Makanya, sekarang jadi tau kan?”
Sabil mengangguk. Haris langsung mengajak Sabil masuk ke coffe shop itu untuk memesan minuman. Setelah mendapatkan minuman, Haris kembali mengajak Sabil untuk melewati jembatan layang yang sebelumnya mereka lewati.
“Haris, pelan-pelan, ini goyang-goyang jembatannya!”
Haris terkekeh melihat Sabil yang tampak panik.
“Eh kok kamu malah duduk ditengah-tengah situ?”
“Sini,” ucap Haris sembari menepuk dasar yang ada di jembatan itu. Sabil menuruti perintah Haris dan ikut duduk disampingnya.
“Kita liat bintangnya disini aja.”
“Bintangnya cuma ada satu, Haris!”
“Nggak apa-apa. Kasian dia sendirian, makanya sengaja aku ajak kamu kesini buat ikut nemenin dia.”
Sabil tersenyum. “Ada-ada aja kamu mah!”
Haris juga ikut tersenyum melihat Sabil. Ia menatap gadis yang kini sedang memperhatikan satu bintang di atas sana. Baginya, Sabil selalu cantik jika dilihat dari segi manapun.
“Bil,” panggil Haris yang membuat Sabil langsung menoleh ke arahnya.
“Iya?”
“Kamu suka lagu-lagu one direction kan?”
“Suka, kenapa?”
“Aku juga suka. Mau dengerin bareng nggak?” tanya Haris sembari mengeluarkan airpods miliknya.
“Boleh.”
Haris langsung memberikan satu airpods sebelah kirinya ke Sabil. “Nih, pake.”
“Makasih.”
“Kamu suka lagu mereka yang mana emang?”
Tanpa menjawab, Haris langsung memutarkan lagu Kiss You milik one direction.
“Kiss you?” tanya Sabil. Haris mengangguk sembari tersenyum dan memalingkan wajahnya ke depan.
“Aku nggak tau kamu bakalan suka lagu ini, karena biasanya cowok-cowok sukanya Night Changes atau Perfect.
“Ada lirik yang pengen aku sampein ke kamu.”
Sabil semakin dibuat penasaran oleh Haris. “Apa?”
“Tunggu aja.”
Mereka berdua kembali mendengarkan lagu ini sembari menyeruput cokelat panas dan menatap ke arah langit yang semakin gelap.
“Eh kok berhenti lagunya?”
Haris berhenti memutarkan lagu tersebut tepat di menit 1:20. Sabil yang dibuat bingung oleh Haris hanya bisa menatap laki-laki itu sembari menaikkan satu alisnya.
“Itu yang mau aku sampein ke kamu.”
Baby be mine tonight?, batin Sabil.
Sabil masih terdiam dan berusaha untuk mencerna apa yang dimaksud oleh Haris. Haris mau aku jadi pacarnya?
“Gimana?” tanya Haris.
Sebenarnya bisa saja Sabil langsung mengatakan “Iya” karena ia memiliki perasaan yang lebih kepada laki-laki ini. Namun, lidahnya mendadak kelu. Karena jujur saja, ia tidak memiliki persiapan apapun dan Haris juga sangat tiba-tiba.
“Bil? Jangan bengong atuh!”
“Hm, maaf. Aku pinjem handphone kamu boleh?”
Haris langsung memberikan ponselnya ke Sabil. “Airpods kamu masih dipake kan?” tanya Sabil yang dibalas anggukkan oleh Haris.
Sabil memutuskan untuk memutar lagu lain sebagai jawaban dari pertanyaan Haris sebelumnya.
“Kamu dengerin dan baca lirik di menit ke-1.”
Haris menuruti perintah Sabil. Haris mulai mendengarkan lagu yang barusan diberitahu oleh gadis yang sekarang sedang menunduk. Tepat di menit ke-1 haris langsung menggelengkan kepalanya dan terkekeh dengan perasaan senangnya.
“Ini serius?” tanya Haris memastikan.
Sabil langsung mengangguk sembari membuang arah pandangnya ke lain arah.
“Padahal tinggal bilang iya apa susahnya,” celetuk Haris.
“Kan dibilang aku malu!!!” seru Sabil sembari menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Haris langsung mengacak-acak puncak kepala Sabil. “Aduh lucu banget sih pacar.”
“Sst!”
“Sekarang udah pacaran nih, Bil, nggak usah malu-malu begitu lagi lah.”
“Mana sini mukanya aku mau liat,” pinta Haris.
“DIEM!!! PIPI AKU MERAH GARA-GARA KAMU!!!”